TANGAN Widodo Budi Santoso(57) terlihat sibuk memutar mur dengan obeng membuka mesin mesin ketik manual. Besi-besi pencetak huruf ia bersihkan dari sisa-sisa noda dari pita tinta. Sesekali dia mendirikan badan mesin ketik untuk mengecek bagian dalam mesin.
Ya itulah aktivitas jasa reparasi yang dilakoni Widodo sejak tahun 1989 sampai sekarang. Di tengah perkembangan teknologi komputer dan era digital yang memudahkan dalam mengetik tulisan, pekerjaannya masih bertahan. Jasanya masih diandalkan di sejumlah instansi di Pemkab Sleman.
"Memang sejak ada komputer dan laptop, konsumen berkurang. Omset turun separohnya. Tapi sekarang masih ada yang pakai," papar Widodo di sela kesibukannya memperbaiki mesin ketik manual di Kantor Pemkab Sleman, (18/8/2015)
Warga Jodag RT 04 RW 11 Sumberadi, Mlati, Sleman itu menyebut saat ini kebanyakan instansi kantor pemerintah yang banyak menggunakan jasanya. Terutama untuk kebutuhan me ngetik kuitansi yang lebih praktis memakai mesin ketik manual. Sedangkan dari warga hanya satu sampai dua orang saja.
Di tengah era digital diakuinya tidak mudah mencari onderdil untuk memperbaiki mesin ketik manual. Dia biasanha mengandalkan onderdil dari mesin ketik yang ia miliki. Menurutnya bagian mesin ketik manual yang cukup sulit dicari adalah letter yakni bagian untuk menghasilkan huruf dari mesin ketik.
"Selama ini perbaikan saya kanibalkan dengan mengambil onderdil mesin ketik manual lain," ucap bapak 4 putri itu.
Selama ini mendapatkan mesin ketik manual dari mengikuti lelang alat tulis aset kantor pemerintah yang dilelang. Dia menuturkan harga mesin ketik manual produk Jepang kini dijual kisaran Rp 2 juta.Sedangkan produk Tiongkok di kisaran Rp 1 juta.
Tarif reparasi yang ia pasang tergantung dari kerusakan. Jika reparasi biasa atau pemeliharaan ia memasang tarif Rp 100 ribu. Sedangkan yang paling mahal Rp 400 ribu.
Kemampuannya memperbaiki mesin ketik manual ia dapatkan dari kakaknya. Butuh waktu tiga tahun bagi dirinya untuk mandiri memperbaiki mesin ketik tersebut setelah Ikut kakaknya. Saat muda selain di Pemkab Sleman dia juga menyasar di Pemkab Bantul.
Meskipun kini suami dari Endah Puryani (51) sudah memiliki pekerjaan lain yang lebih menghasilkan, dia tetap mempertahankan pekerjaan jasa reparasi mesin ketik manual. Baginya mesin ketik manual sudah berjasa menumpu kehidupan keluarganya dulu.
"Tetap akan saya pertahankan. Karena mesin ketik adalah yang menghidupi saya sejak awal," pungkasnya.(Tri)
Ya itulah aktivitas jasa reparasi yang dilakoni Widodo sejak tahun 1989 sampai sekarang. Di tengah perkembangan teknologi komputer dan era digital yang memudahkan dalam mengetik tulisan, pekerjaannya masih bertahan. Jasanya masih diandalkan di sejumlah instansi di Pemkab Sleman.
"Memang sejak ada komputer dan laptop, konsumen berkurang. Omset turun separohnya. Tapi sekarang masih ada yang pakai," papar Widodo di sela kesibukannya memperbaiki mesin ketik manual di Kantor Pemkab Sleman, (18/8/2015)
Warga Jodag RT 04 RW 11 Sumberadi, Mlati, Sleman itu menyebut saat ini kebanyakan instansi kantor pemerintah yang banyak menggunakan jasanya. Terutama untuk kebutuhan me ngetik kuitansi yang lebih praktis memakai mesin ketik manual. Sedangkan dari warga hanya satu sampai dua orang saja.
Di tengah era digital diakuinya tidak mudah mencari onderdil untuk memperbaiki mesin ketik manual. Dia biasanha mengandalkan onderdil dari mesin ketik yang ia miliki. Menurutnya bagian mesin ketik manual yang cukup sulit dicari adalah letter yakni bagian untuk menghasilkan huruf dari mesin ketik.
"Selama ini perbaikan saya kanibalkan dengan mengambil onderdil mesin ketik manual lain," ucap bapak 4 putri itu.
Selama ini mendapatkan mesin ketik manual dari mengikuti lelang alat tulis aset kantor pemerintah yang dilelang. Dia menuturkan harga mesin ketik manual produk Jepang kini dijual kisaran Rp 2 juta.Sedangkan produk Tiongkok di kisaran Rp 1 juta.
Tarif reparasi yang ia pasang tergantung dari kerusakan. Jika reparasi biasa atau pemeliharaan ia memasang tarif Rp 100 ribu. Sedangkan yang paling mahal Rp 400 ribu.
Kemampuannya memperbaiki mesin ketik manual ia dapatkan dari kakaknya. Butuh waktu tiga tahun bagi dirinya untuk mandiri memperbaiki mesin ketik tersebut setelah Ikut kakaknya. Saat muda selain di Pemkab Sleman dia juga menyasar di Pemkab Bantul.
Meskipun kini suami dari Endah Puryani (51) sudah memiliki pekerjaan lain yang lebih menghasilkan, dia tetap mempertahankan pekerjaan jasa reparasi mesin ketik manual. Baginya mesin ketik manual sudah berjasa menumpu kehidupan keluarganya dulu.
"Tetap akan saya pertahankan. Karena mesin ketik adalah yang menghidupi saya sejak awal," pungkasnya.(Tri)
TRI DARMIYATI
Widodo masih eksis di era digital memperbaiki mesin ketik manual
Widodo masih eksis di era digital memperbaiki mesin ketik manual
No comments:
Post a Comment