![]() |
MERAPI-TRI DARMIYATI
Teman-teman pengemar inline skate di JogRoder
saat berlatih bersama.
|
SORE hari di lapangan basket Kampus Insititut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sejumlah anak muda terlihat asyik bermain sepatu roda atau inline skate. Satu persatu mereka melompat dan meluncur di atas lintasan dengan berbagai trik. Mulai dari yang sederhana sampai ekstrem, seperti saat satu lintasan dipakai dua pemain sekaligus. Meskipun sesekali harus jatuh tersungkur, mereka bangkit dan bermain kembali.
Inilah aktivitas teman-teman penggila inline skate yang tergabung dalam Jogja Rollerblader (JogRoder) saat berlatih bersama. Bagi mereka jatuh lecet adalah makanan wajib saat bermain inline skate. Butuh keseimbangan, keberanian dan latihan terus menerus untuk menaklukan setiap trik-trik dalam bermain free style inlane skate.
“Nggak boleh takut jatuh. Sensasinya itu kalau bisa memainkan dan menguasai trik-trik, rasanya puas,” ujar Inu salah satu penggemar inline skate di JogRoder kepada Merapi di sela latihan belum lama ini.
Sudah dua tahun ini Inu menggemari bermain inline skate jenis free style. Dia sudah sering jatuh, tapi tidak membuatnya kapok dan terus mencoba trik-trik bermain inline skate.
Hal senada juga dikatakan Halim Karnadi dan Bilma Tea Putra yang menjadi penggagas Jogroder. Adrenalin terpacu ketika ada dorongan untuk bermain trik-trik. Semakin sulit trik yang harus dimainkan, justru membuat mereka semakin terpacu untuk terus mencoba hingga berhasil.
“Seminggu nggak main inline skate rasanya ada yang kurang. Kaki rasanya jadi gatal kalau nggak gerak buat main inline skate,” kata Halim yang pernah menjuarai kompetisi inline skate itu.
Berbeda dengan klub-klub sepatu roda yang dibawahi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) atau sepatu roda atletik lebih banyak bermain pada kecepatan. Sementara teman-teman di JogRoder lebih memilih bermain di jalur free style.
Mereka menggunakan inline skate jenis aggressive yang tidak dilengkapi rem, sehingga untuk menghentikannya ada teknik khusus. Harga inline skate ini berkisar Rp 2 sampai Rp 5 jutaa dan harus diimpor. Di Yogyakarta sendiri penyedia inline skate jenis ini belum banyak, sehingga sebagian besar dibeli secara online dari internet.
“Kuncinya main inline skate itu harus menguasai dulu gerakan dasarnya, seperti menjaga keseimbangan dalam berjalan, belajar melompat dan memainkan trik dengan inline skate. Jika menguasai itu nanti mengalir mainnya,” tambah Halim.
Sejumlah teknik mereka pelajari dari melihat video di You Tube. Bagi mereka yang sudah mengusai, saling membagikan tips dan trik permainan ke teman-teman lainnya.Lantaran sudah terbiasa, teman-teman JogRoder tidak mengenakan pengaman seperti pelindung lutut dan lainnya. Meski demikian, mereka belajar trik jatuh secara benar untuk mengurangi cidera,
“Kalau mau jatuh tidak boleh panik. Tubuh harus mengikuti arah jatuh dan tidak boleh kaku,” tambahnya.
JogRoder sendiri terbentuk pada Maret 2010 oleh Bilma dan Halim yang sama-sama memiliki hobi bermain inline skate. Mereka sering bermain bersama dan mendorong munculnya penggemar inline skate baru. Seiring waktu teman-teman yang menyukai roller blade cukup banyak dan terbentuklah komunitas JogRoder.
Kini Setidaknya ada 20 orang teman-teman Jogroder yang aktif mengikuti latihan. Sebagian besar mereka masih berstatus mahasiswa. Seminggu tiga kali mereka berlatih bersama dan salin belajar serta berbagi seputar informasi inline skate.
“Selain mewadahi para penggemar, kami juga ingin mengenalkan free style inline skate lebih luas kepada masyarakat. Ada sisi <I>fun<P> dan ekstrem dari inline skate, bukan hanya atletik,” tutur Bilma.
Selain berlatih bersama, JogRoder juga mengadakan cek spot yakni bermain inline skate di jalan di beberapa kota, misalnya di Semarang, Solo dan Bandung. Berbagai kompetisi free style mereka ikuti dan adakan.
Menurutnya inline skate free style di Yogyakarta belum seramai dai Bandung dan Jakarta. Ini karena sarana dan prasarana pendukung masih minim. Mulai dari ketersediaan inline skate masih kurang dan ruang publik yang disediakan pemerintah belum ada.
Komunitas ini terbuka untuk umum. Bahkan tidak harus bisa bermain inline skate. “Beberapa teman-teman di sini awalnya memulai dari nol. Mereka yang tidak punya alat, kita pinjami dulu. Kalau sudah bisa baru beli,” ucap Bilma.
Bagi teman-teman yang tertarik bergabung di komunitas ini dapat mengakses account Twitter di @JogRoder atau Facebook di fanpage Jogjakarta RollerBlader Siapan nyalimu, pacu adrenalin di atas roda.(Tri)
*Pernah dimuat di Koran Merapi Pembaruan, Halaman Gayeng, rubrik komunitas
No comments:
Post a Comment