2/21/2017

Tuna Netra Bukan Halangan Jadi Musisi, Mendengar Kunci Fauzi Belajar 


PERMAINAN musik orkestra para siswa SMKN 2 Kasihan, Bantul yang memeriahkan serah terima jabatan Bupati Bantul periode 2016-2021 memukau para tamu undangan. Mulai dari lagu kebangsaan, nasional sampai lagu-lagu pop romantis. Semua pemain musik terlihat serius dan asyik memainkan alat musik masing-masing. Sekilas dari deretan para pemain biola ini tampak sama. Namun jika diperhatikan dengan seksama salah satu dari deretan violinist itu adalah penyandang tuna netra.
Ya dia adalah Fauzi Muhammad Haidi (17) siswa kelas XI SMKN 2 Kasihan. Tidak seperti pemain biola umumnya yang sesekali matanya melihat kertas partitur berisi not-not balok. Mata Fauzi sedikit tertutup, tapi jari-jarinya handal menekan senar biola dan tangan kanannya menggesek senar. Meskipun tak melihat kertas partitur, gerakan gesekan biolanya seirama dengan teman-teman sesama violinist  lain.
Tidak hanya main biola, di beberapa lagu, Fauzi bergeser tempat duduk ke belakang dan bermain keyboard. Dia pun sanggup memainkan keyboard dengan cukup mahir. Baginya musik adalah jiwa yang membuatnya termotivasi untuk belajar memainkan alat musik. Meskipun kondisinya terbatas tidak bisa melihat, tapi itu tidak menjadi halangan.
“Saya belajar tidak dengan not balok. Saya hanya mendengar saja. Lama-lama hafal nadanya,” ujar Fauzi usai bermain di Kompleks Parasamya Kantor Bupati Bantul beberapa hari lalu.
Fauzi belajar bermain musik sejak usia 7 tahun atau kelas 1 SD. Tidak hanya bermain biola dan piano, dia juga  bisa bermain gitar, bas dan drum.  Menurutnya alat musik yang paling sulit dimainkan adalah biola. Dia membutuhkan waktu 1 tahun untuk bisa bermain biola.
“Biola yang paling sulit. Cara menggeseknya. Butuh perjuangan yang lama dan kuat. Tapi karena saya tertarik banget dengan musik saya terus belajar,” tambah Fauzi yang tinggal di Jalan Madubroto, Patangpuluhan, Yogyakarta itu.
Tidak mengherankan dia memilih sekolah di SMKN2 Kasihan Bantul yang selama ini dikenal sebagai sekolah musik di DIY. Tak berhenti sebagai pemain biola, dia ingin menjadi arranger atau pengaransemen lagu. Meskipun kini dia mengaku belum menciptakan lagu, tapi ia optimis bisa mencapai impiannya mengaransemen lagu.
“Impian saya jadi arranger yang mengaransement lagu. Senang aja. Kalau menciptakan lagu, sekarang belum. Tapi saya yakin,” tambah Fauzi,
Salah seorang guru SMKN 2 Kasihan yang juga konduktor orkestra, Sapta Keswara Kusbini menilai sulit mendapatkan siswa seperti Fauzi dengan keterbatasannya tapi mampu mendulang prestasi. Lantaran Fauzi tuna netra, untuk mengajarkan alat musik biola dilakukan dengan mendengarkan gesekan biola.
“Fauzi itu membaca dengan telinga. Makanya bukan kami ajarkan not balok. Tapi dengan menggesek dan mendengar. Ketajaman pendengarannya luar biasa. Sekali diajari langsung bisa,” kata Sapa.
Menurutnya di sekolah Fauzi dikenal rendah hati dan tidak neko-neko. Di sekolah Fauzin juga banyak teman karena dia siswa yang dianggap asik oleh teman-temannya.<B>(Tri)<P>
Fauzi Muhammad Haidi saat bermain biola dengan teman-teman orkestra SMKN 2 Kasihan Bantul, dalam acara serah terima Bupati Bantul. 

No comments: