5/05/2009

BUDAYA “SOK NGARTIS”


Meniru tindakan orang lain adalah kewajaran dari seorang manusia. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu, dan bisa jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena dorongan-dorongan yang sifatnya emosional. Artinya, seseorang individu bisa saja meniru perilaku orang lain hanya karena dia melihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh orang lain tersebut nampak indah atau nampak lebih modern. Tindakan meniru atau yang biasa disebut dengan tindakan imitasi bisa terjadi jika ada yang ditiru. Berdasarkan pengamatan saya dan fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak tindakan masyarakat kita yang menirukan artis idolanya. Tindakan itu saya sebut sebagai budaya “Sok Ngartis”. Artis di sini adalah bintang film, pemain sinetron, penyanyi dan hal- hal yang berhubungan dengan dunia selebritis. Perilaku di sini meliputi gaya hidup, sikap, cara berpakaian, cara berbicara dll.
Beberapa tahun terakhir ini budaya tersebut semakin terlihat jelas di masyarakat terutama dikalangan anak muda. Banyak remaja yang tersihir dengan budaya sok ngartis ini. Kita lihat saja cara berpakaian mereka yang selalu meniru gaya berpakaian artis. Harus bermerklah, harus pakaian model baru, harus produk luar negerilah dll. Dari segi gaya hidup artis yang mewah dan serba mahal tak ketinggalan mereka ikuti. Mulai dari rumah mewah, mobil mewah, pokoknya apapun bendanya harus serba mewah. Dari bahasa yang digunakan untuk berbicara mereka sering menirukan dan memakai istilah atau ungkapan yang dipakai oleh si artis. Contoh istilah atau ungkapan yang sering saya dengar adalah “ABCD” Aduh bo capek deh, “So what gitu loh”, “ Secara gue banget gitu loh” dan yang sedang santer- santernya ditirukan ungkapan seorang pelawak yang sedang naik daun, “Tak Sobek- Sobek”. Dan masih banyak istilah atau ungkapan lain.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan teman- teman saya yang menganut budaya sok ngartis, mereka memberikan beberapa alasan yang mendorong mereka melakukan ini. Alasan mereka antara lain supaya tidak ketinggalan zaman, mengikuti trend, jaga gengsi supaya kelihatan “wah” di mata orang banyak karena menjadi pusat perhatian. Sah- sah saja mereka punya alasan yang seperti itu. Tetapi menurut pendapat saya yang menjadi pendorong sebenarnya adalah pola pikir masyarakat itu sendiri yang sudah tersugesti dengan budaya ngartis ini. Mereka meyakini bahwa dengan bersikap seperti artis adalah hal yang umum dan jika tidak dilakukan justru tidak umum. Karena perilaku tersebut sudah membudaya di masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Selain itu bisa juga disebabkan karena seringnya masyarakat melihat tayangan infotainment yang menyoroti kehidupan artis.
Berdasarkan uraian di atas menunjukan telah terjadinya kontak- kontak budaya antara budaya asli Indonesia dengan budaya artis yang menganut budaya pop sehingga menghasilkan budaya ngartis. Kontak- kontak budaya tersebut tentunya akan menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat. Dalam budaya sok ngartis faktor emosional dominan bermain karena seseorang tidak akan memikirkan apakah perilaku yang ditiru tersebut sesuai atau tidak dengan keadaaan dirinya. Dengan kata lain, orang tersebut tidak sempat lagi untuk memikirkan dampak- dampak yang akan muncul ke permukaan, yang penting bagi dia adalah “aku ingin seperti artis itu karena aku menganggap artis itu keren”.
Oleh karena itu masyarakat akan berusaha untuk mengikuti perilaku artis, maka masyarakat akan membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka agar sama atau sesuai dengan si artis. Contoh seorang artis memakai baju dengan model A dengan harga yang mahal maka seorang penganut budaya sok ngartis akan berusaha untuk memilikinya juga. Selain itu, diantara para penganut budaya sok ngartis akan berlomba- lomba untuk tampil dengan gaya yang paling “wah” agar menjadi pusat perhatian.
Perubahan pola hidup masyarakat tersebut akan cenderung mengarah ke pola hidup yang konsumtif. Lantas apakah budaya sok ngartis kita tolak atau terima keberadaanya? Jawaban tu terserah masing- masing individu mau menolak atau menerimanya. Selama tidak ada yang dirugikan hal itu sah- sah saja. Namun hal ini tidak bisa kita pungkiri, karena tindakan menirukan artis pasti ada walaupun tindakan itu hanya sedikit. Tapi yang sebaiknya kita lakukan adalah menyeleksi tindakan- tindakan yang dilakukan oleh artis. Apakah tindakan tersebut baik bagi kita atau justru malah merugikan kita.

No comments: