2/12/2009
pengantar buku yang "hidup"
Bagi seorang redaktur senior majalah Gatra Yudhistira ANM Massardi, menulis feature adalah makanan sehari-harinya. Jadi tidak heran bila tulisan pengantar buku yang berjudul ”Menulis Feature” karya Septiawan Santana menjadi hidup. Tidak seperti pengantar buku pada umumnya yang menggunakan kata-kata rumit bergaya akademis yang dapat mengerutkan dahi pembacanya, Yudhistira justru sebaliknya. Dia menggunakan kata-kata yang mudah dicerna namun tetap mampu memberikan penjelasan mengenai apa itu feature.
Yudhistira mengawalinya dengan sebuah pernyataan, menulis itu tidak susah tapi juga tidak mudah. Begitu juga dengan menulis feature. Semua itu tergantung dari pribadi masing-masing. Sebab, dalam menulis khususnya feature membutuhkan kemampuan bercerita berdasarkan fakta. Membutuhkan keluasan wawasan dan daya kreatif sehingga pembaca serasa membaca novel atau cerita. Padahal sesungguhnya yang dibaca adalah berita. Karena feature termasuk karya jurnalistik maka keakuratan feature harus tetap dijaga.
Feature adalah satu teknik penulisan yang sifatnya mengisahkan. Dalam menuliskan feature yang diperlukan adalah fakta-fakta mengenai sebuah peristiwa yang ditulis menggunakan perangkat sastra dan tetap akurat. Namun tidak boleh memiliki banyak makna dan menyimpang dari fakta yang ada. Lantas bagaimanakah menulis feature? Menurut Yudistira buku ”Menulis Feature” karya Septiawan Santana dapat memberikan sejumlah panduan mengenai penulisan feature. Selain itu, buku tersebut juga memberikan contoh karya feature yang cukup banyak. Sehingga dapat membantu kalangan pemula untuk lebih memahami seperti apa feature itu.
Menulis feature menjadi pilihan Yudhistira. Sebab nota bene Gatra adalah majalah mingguan yang terbit beberapa hari setelah peristiwa terjadi. Bahkan banyak peristiwa yang sudah dilahap berita harian. Oleh sebab itu wartawan media berkala harus memiliki kemampuan menceritakan kembali sebuah peristiwa menggunakan kata-kata yang kaya warna dan nuansa. Sehingga pembaca tetap tertarik meskipun suatu peristiwa sudah terjadi beberapa hari yang lalu.
Selain menguraikan feature, Yudhistira memberikan sentuhan yang membuat pengantar buku tersebut menjadi hidup. Sentuhan itu berupa beberapa celetukan pertanyaan dan komentar yang mungkin sejalan dengan pembaca setelah membaca pengantarnya. Seperti pertanyaan yang terdapat dalam paragraf ke enam yang berbunyi “Sesulit itukah menulis feature?”
Menurut Yudhistira, kekuatan feature ada pada penggambaran situasi dan suasana secara rinci. Hal tersebut senada dengan pengantar yang diberi judul ”Gambarkan, Bukan ceritakan”. Jadi kekuatan feature ada pada penggunaan kata yang hidup, seperti kata berkeringat, beraroma, meremas perasaan dan lain-lain. Begitu pula dengan penjelasan pengantar tersebut digambarkan oleh Yudhistira. Dia menjelaskan bahwa dalam menulis feature pandangan mata harus menjadi lensa kamera dan kata-kata menjadi gambar yang hidup. Feature adalah karya tulis namun kalimatnya harus menjadi karya visual terfokus, lugas dan tidak bertele-tele.
Dalam pengantar ini, Yudhistira tidak ”melulu” menguraikan feature. Tapi dia juga memberikan tiga tips untuk belajar menulis feature yakni dengan banyak membaca buku. Sebenarnya tips tersebut hanya satu yakni banyak membaca buku. Namun diulang sampai tiga kali. Pengulangan tersebut berfungsi untuk menegaskan sekaligus menarik. Dengan tegas pula Yudhistira menekankan tanpa baca jangan harap bisa tulis.
Layaknya feature, pengantar tersebut juga dikisahkan. Hal tersebut tampak dari cara Yudhistira menuliskan uraian dengan menggunakan kata-kata yang imajinatif. Seperti pada salah satu paragraf dalam tulisan pengantar tersebut yang mengibaratkan feature dengan tubuh manusia. Penggambaran tersebut tampak dari kalimat yang berbunyi dimulai dengan membuat judul yang ”bergincu” dan menggoda, lalu tulis pembuka yang ”menggigit” lalu goyangkan dengan dan hiasi tubuh cerita dengan ungkapan dan kutipan yang ”menggelitik” kemudian tamatkan kisah dengan sentakan yang ”memabukkan”! Kalimat tersebut menggambarkan bagaimana feature dituliskan. Kata-kata tersebut digunakan untuk menarik minat pembaca serta untuk memudahkan pembaca memahami bagaimana feature dituliskan.
Di akhir pengantar tersebut dia bergumam layaknya pembaca ”uh..menulis itu memang tidak gampang ya?”. Gampang kok. Baca buku ini dan menulisah sekarang juga! Di paragraf terakhir inilah Yudhistira menggiring pembaca untuk memnbaca buku ”Menulis Feature” karya Septiawan Santana. Sebuah pengantar yang hidup yang diakhiri dengan semangat mangajak pembaca agar segera menulis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment