12/04/2015

SAPARAN BEKAKAK

Pengorbanan Sepasang Pengantin
Sepasang  dengan pakaian lengkap seperti kain jarik ditandu warga. Mereka duduk bersama dan terlihat serasi. Berbagai uborampe juga tersaji. Pasukan bregodo, ogoh-ogoh serta kesenian lain juga mengiringnya. Setelah dikirab pengantin itu akan disembelih sebagai pengorbanan di bukit gamping di Ambarketawang, Gamping.
Namun tak perlu takut dan heran mereka bukanlah pasangan pengantin yang sebenarnya. Sepasang pengantin itu terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk sedemikian rupa seperti manusia. Penyembelihan replika sepasang pengantin itu adalah prosesi adat Saparan Bekakak yang diadakan warga Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (27/11) sore.
"Bekakak adalah pengjawantahan orang berupa sepasang tematen dikorbankan. Ini untuk mengelabui agar tidak ada korban," kata Suharyanto salah satu panitia Saparan Bekakak, kemarin.
Dia menuturkan dulu ada abdi dalem Kraton Yogyakarta Ki Wirasuta dan keluarganya yang tinggal di dekat Gunung Gamping. Namun suatu ketika mereka kejatuhan Gunung Gamping hingga meninggal. Atas pemikiran Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan HB I dibuatlah sesaji bekakak untuk keselamatan warga.
"Di dalam bekakak berisi juruh gula jawa yang diberi warna makanan merah. Jadi saat disembelih akan mengeluarkan warnah merah seperti darah," terangnya.
Sementara itu Camat Gamping, Priyo Handoyo mengatakan Saparan Bekakak ini maknanya sebagai bentuk pengorbanan agar diberikan keselamatan dan keberkahan warga. Selain itu untuk melestarikan budaya. "Yang penting ini juga untuk nguri-uri budaya. Sekaligus kebersamaan, kerukunan dan silaturahmi warga," ucap Priyo.
Dia menyampaikan saat ini penambangan gamping di Ambarketawang Gamping tidak ada. Namun masih tersisa bukti bukit gamping yang kini dijadikan sebagai cagar budaya. Menurutnya antuasiasme masyarakat untuk menyelenggarakan Saparan Bekakak cukup tinggi. Salah satunya peserta kirab yang cukup banyak partisipasinya dari masyarakat.(Tri)
Tri Darmiyati
Sepasang pengantin bekakak yang terbuat dari tepung beras dikirab sebelum disembelih untuk prosesi Saparan Bekakak, di Ambarketawang, Gamping.

10/12/2015

Jangan Pandang Sebelah Mata

Tidak semuanya orang pendiam itu bersikap diam dan acuh. Aku mengalaminya hari ini. Terkadang orang yang selama ini aku anggap cuek dan pendiam ternyata memiliki perhatian dan kepedulian. Spontanitas kepeduliannya. Bahkan lebih dibandingkan orang yang memiliki omong besar. Aku jadi mengerti mana orang yang tahu di saat kita  sedang dalam kesulitan.
Ya tadi di siang bolong yang panas, ak ditolong seorang kawan. Sebut saja mas Real Man. Saat itu ban sepeda motor aku bocor. Di siang yang panas usai liputan aku mau membawa si Supri ke bengkel terdekat. Tanpa dinyana si Real Man memberikan kunci motornya dan meminta kunci motorku.
Dalam hatiku, apa sih nih orang. Terus ak baru sadar dan menolak tawarannya. Tapi  rupanya dia  tetap memaksa meminta kunci motorku. Kemudian ia mengecek ban motorku apa masih bisa dikendarai. Ya sudahlah  Aku pun mengendarai motornya. Beruntung lokasi tambal ban motor tidak jauh. Dia membawa sepeda motorku ke tambal ban itu.
Ak langsung mengucapkan terima kasih kepadanya dan merasa tidak enak. Kan sebenarnya ak masih bisa bawa motorku sendiri ke bengkel. Tapi dia dengan wajah serius langsung menjawab, "biasa aja. Nggak apa-apa. Aku malah yang nggak enak kalo nggak bantu" katanya
Jeng..jeng., jeng..ak langsung kagum dengan orang yang selama kupikir nggak seru aka garing itu. Dia begitu spontan dan paham menempatkan posisinya sebagai seorang Real Man. Padahal di liputan tadi jg banyak kawan laki2. Duh emang tuh orang pendiem , lugu dan masuk kategori laki2 "alusan".  Bahkan lebih lembut dibanding ak kalau ngomong. *duh malunya  aku.
Tindakan spontan dia jg nyata terlihat waktu aku dan teman-teman karaoke bareng. Dia tiba2 order makanan dan minuman. Ketika akan pulang dia juga sudah membayar bill di kasir tanpa sepengetahuan  kami.
Spontanitas dan kepedulian dibalik karakternya yang pendiam baru kusadari tadi siang. Dia tak biasanya merangkul bahuku dari belakang samping dengan pergelangan tangannya. Dia merangkul bahuku sambil berjalan dan ngobrol  menanyakan lokasi acara. Saat ak mendahului teman2ku di belakang, dia melepaskan rangkulannya. Dia paham posisi dan situasi.
Dan malam ini aku baru menyadari kepeduliannya malam ini. Jangan pandang sebelah mata. Makasih kawan..

Yogya, 11/10/2015

6/05/2015

Evakuasi Ekstrim Pendaki di Gunung Merapi, Endro Bertaruh Nyawa Turun Naik Kawah


Meskipun tak turun langsung meliput evakuasi di Gunung Merapi karena posisi di Boyolali, saya bisa merasakan  jiwa heroik para tim penyelamat jenazah pendaki Erri Yunanto (21). Apalagi mereka yang harus turun ke kawah. Usai evakuasi selesai, saya berkesempatan meliput pengalaman salah seorang penyelemat dari SAR DIY yang turun ke kawah yakni Endro.Kebetulan kantor menugasi saya meliputnya. Berikut pengalaman Endro yang bertaruh nyawa menyelematkan korban jiwa. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi para pendaki.
Evakuasi Ekstrim Pendaki di Gunung Merapi
Endro Bertaruh Nyawa Turun Naik Kawah
RAUT muka Endro Sambodo (31) masih terlihat lelah saat ditemui di Kantor Search and Rescue (SAR) DIY Rabu (20/5) kemarin. Bibirnya terlihat pecah-pecah dan sesekali dia harus minum. Maklum saja selama tiga hari lalu anggota SAR DIY itu berada di kawasan Puncak Gunung Merapi. Bahkan ia berjibaku turun ke kawah Merapi bersama tim SAR Gabungan untuk menyelamatkan jenazah pendaki Erri Yunanto (21) yang terperosok.
"Maaf ya saya cepat haus. Ini efek tubuh kalau di gunung siang panas sekali, malam dingin. Kulit jadi pecah-pecah dan mengelupas. Kayaknya saya besok perlu spa dulu," tutur Endro sambil tersenyum membuka perbincangan di Kantor SAR DIY kemarin.
Sejak awal skenario penyelamatan, Endro yang memiliki nama Gembel di SAR itu, sudah diplotkan turun melakukan vertical rescue ke kawah. Dia menempati posisi kedua dari 5 recuer atau penyelamat  yang bertugas mengangkat jenazah dari kawah. Waktu ditunjuk dipikirannya hanya siap melaksanakan tugas mulia sebagai SAR walaupun berisiko. Rasa panik dan was-was ia tahan dan fokus pada penyelamatan.
"Tidak ada rasa deg-degan pas turun. Beruntungnya kondisi suhu di dasar kawah saat saya turun sama dengan suhu siang hari saat panas seperti ini. Nafas tidak berat. Kepekatan asap sulfatara normal. Bau belarang hampir tidak ada," terang  warga RT 04 , RW 33 Sermo, Sumberarum, Moyudan, Sleman itu.
Namun diakuinya suhu di kawah fluktuatif berkisar 30 sampai 50 derajat celsius. Menurutnya evakuasi jasad Erri adalah evakuasi ekstrim karena berada dalam situasi yang komplek. Apalagi ia kali pertama masuk ke kawah gunung. Banyak variabel yang perlu diperhitungkan sebelum tim penyelamat masuk ke kawah seperti suhu, jenis bebatuan labil, kandungan belerang dan asap sulfatara.
"Yang paling sulit itu medan lintasannya saat turun  ke kawah dan balik ke atas dan harus packing. Batuannya labil. Kena tali saja batu runtuh. Saya berkali-kali kejatuhan batu. Tapi pakai helm dan baju pelindung lengkap, sehingga aman," papar suami dari Adelia Puspitasari(25) itu.
Lantaran kondisi setiap detik bisa berubah ia dan tim penyelemat menggunakan momen itu untuk fokus menyelamatkan korban. Selain Gembel, ada Bakat Setiawan dari Barameru yang turun pertama memastikan situasi dan kondisi di kawah aman atau tidak untuk evakuasi. Sedangkan tiga penyelemat lain dari SAR DIY yakni Andri Susanto, Akhmad  Muhsin dan Rahmadiyono yang bertugas menarik jenazah dan dua rescuer yang turun.
Dia menilai koordinasi dan kekompakan tim dari berbagai pihak yang solid membantu evakausi berjalan lancar. Diakuinya sang istri sempat khawatir saat ia mengabarkan harus turun ke kawah. Namun niat dan ia meyakinkan ke istrinya untuk memberikan kepercayaan. Beruntung telepon selulernya mati, sehingga ia fokus mengevakuasi.
"Tapi kalau masuk ke kawah lagi saya tidak mau. Karena kondisinya tidak mungkin seberuntung seperti kemarin. Saat turun, suhu dalam kondisi normal. Saat kami naik, susu di kawah langsung tinggi," tambah Gembel yang masuk SAR DIY sejak tahun 2006 itu.
Tidak heran dia tunjuk sebagai penyelemat karena dia telah mengantongi sertifikat internasional rescue vertikal dan emergency first responder tingkat internasional. Tim rescue yang turun juga harus memiliki mental dan hati yang kuat.
"Saya senang dengan kegiatan berkaitan dengan alam seperti naik gunung, menyelam dan hutan. Dari situ saya terus meningkatkan kemampuan," kata Endro yang juga bekerja sebagai Tim Reaksi Cepat BPBD DIY itu.
Dia berpesan kepada para pendaki untuk mematuhi aturan dan menghormati alam. Pendakian di Gunung Merapi hanya sampai Pasae Bubrah. Diakuinya banyak pendaki yang mengabaikan aturam sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan.(Tri)
TRI DARMIYATI
Endro Sambodo, salah satu anggota SAR DIY yang  turun ke kawah Merapi mengevakuasi jenazah Erri Yunanto.

3/12/2015

Belajar Tega

Sial kenapa sejak dua hari ini aku kurang konsentrasi. Apa karena tuh orang lagi. Aku jadi berpikir kenapa sekitar dua minggu lalu dia mencoba menghubungiku lagi. Padahal aku sudah berusaha menghindarinya. Semua kontak sudah aku hilangkan dan block. Tapi sial aku kelupaan memblock kontaknya di WA.
Dia kembali menghantui dan menteror kehidupanku yang sudah cukup nyaman tanpa ada dirinya. Dan hal yang paling menyebalkan adalah dia kembali mempertanyakan kesalahannya di masa lalu. *Helooo itu sudah lewat. Sudah selesai. Kenapa masih coba dibuka lagi.
Aku memilih berusaha menjaga jarak dengannya karena aku tidak mau lagi menjadi korban fitnah seperti dulu. Rasa sakit yang dulu masih sedikit tersisa. Tapi kenapa dia muncul lagi.
Namun dua hari lalu aku menyimpulkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku. Aku sudah menduga, pasti kisahnya berakhir dan ia mencoba mencariku dan meminta maaf kembali. Aku cukup mengenal karakternya karena hubungan pertemanan cukup dekat sejak 3 tahun lalu. Ternyata kabar burung tentangnya pun sudah beredar.
Aku memintanya untuk tidak mengganggu lagi. Dia memintaku agar tidak menghindarinya ketika bertemu. Tapi aku masih belum bisa melihatnya bahkan berbicara seperti dulu. Meskipun dia memohon satu permintaan terakhirnya agar dia bisa bersahabat denganku seperti dulu. Tapi aku menolaknya dan sampai sekarang  belum bisa berteman seakrab seperti dulu dengannya. Aku harus tega meski ada yang tersakiti demi menjaga dariku dari fitnah.
Siang pun aku dia sesekali terngiang di kepalaku. Dan sial saat pulang kerja, aka berpapasan dengannya di jalan. Dia berjaket biru mengendarai motor ke arah timur. Aku mengendarai motor ke arah barat. Aku mencoba menutup helm. Sepertinya dia melihatku karena aku mengenakan jaket merah menyala yang biasa kupakai. Sekilas melihatnya sebenarnya aku tidak tega. Dia terlihat lesu nggak ada semangat.
Ayolah tri kamu harus tega. Sesekali belajar tega agar dia bisa mengambil pelajaran dari kesalahannya hanya karena buta asmara. Menyeret orang lain menjadi korban fitnah dalam masalahnya. Seperti kataku ke dia, mari jalani hidup kita masing-masing. Aku tidak mengganggu kamu, dan kamu tidak mengganggu aku. Jadi buat sesimple itu saja.

Kotagede, 12 Maret 2015