Pengorbanan Sepasang Pengantin
Sepasang dengan pakaian lengkap seperti kain jarik ditandu warga. Mereka duduk bersama dan terlihat serasi. Berbagai uborampe juga tersaji. Pasukan bregodo, ogoh-ogoh serta kesenian lain juga mengiringnya. Setelah dikirab pengantin itu akan disembelih sebagai pengorbanan di bukit gamping di Ambarketawang, Gamping.
Namun tak perlu takut dan heran mereka bukanlah pasangan pengantin yang sebenarnya. Sepasang pengantin itu terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk sedemikian rupa seperti manusia. Penyembelihan replika sepasang pengantin itu adalah prosesi adat Saparan Bekakak yang diadakan warga Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (27/11) sore.
"Bekakak adalah pengjawantahan orang berupa sepasang tematen dikorbankan. Ini untuk mengelabui agar tidak ada korban," kata Suharyanto salah satu panitia Saparan Bekakak, kemarin.
Dia menuturkan dulu ada abdi dalem Kraton Yogyakarta Ki Wirasuta dan keluarganya yang tinggal di dekat Gunung Gamping. Namun suatu ketika mereka kejatuhan Gunung Gamping hingga meninggal. Atas pemikiran Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan HB I dibuatlah sesaji bekakak untuk keselamatan warga.
"Di dalam bekakak berisi juruh gula jawa yang diberi warna makanan merah. Jadi saat disembelih akan mengeluarkan warnah merah seperti darah," terangnya.
Sementara itu Camat Gamping, Priyo Handoyo mengatakan Saparan Bekakak ini maknanya sebagai bentuk pengorbanan agar diberikan keselamatan dan keberkahan warga. Selain itu untuk melestarikan budaya. "Yang penting ini juga untuk nguri-uri budaya. Sekaligus kebersamaan, kerukunan dan silaturahmi warga," ucap Priyo.
Dia menyampaikan saat ini penambangan gamping di Ambarketawang Gamping tidak ada. Namun masih tersisa bukti bukit gamping yang kini dijadikan sebagai cagar budaya. Menurutnya antuasiasme masyarakat untuk menyelenggarakan Saparan Bekakak cukup tinggi. Salah satunya peserta kirab yang cukup banyak partisipasinya dari masyarakat.(Tri)
Namun tak perlu takut dan heran mereka bukanlah pasangan pengantin yang sebenarnya. Sepasang pengantin itu terbuat dari tepung beras ketan yang dibentuk sedemikian rupa seperti manusia. Penyembelihan replika sepasang pengantin itu adalah prosesi adat Saparan Bekakak yang diadakan warga Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (27/11) sore.
"Bekakak adalah pengjawantahan orang berupa sepasang tematen dikorbankan. Ini untuk mengelabui agar tidak ada korban," kata Suharyanto salah satu panitia Saparan Bekakak, kemarin.
Dia menuturkan dulu ada abdi dalem Kraton Yogyakarta Ki Wirasuta dan keluarganya yang tinggal di dekat Gunung Gamping. Namun suatu ketika mereka kejatuhan Gunung Gamping hingga meninggal. Atas pemikiran Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan HB I dibuatlah sesaji bekakak untuk keselamatan warga.
"Di dalam bekakak berisi juruh gula jawa yang diberi warna makanan merah. Jadi saat disembelih akan mengeluarkan warnah merah seperti darah," terangnya.
Sementara itu Camat Gamping, Priyo Handoyo mengatakan Saparan Bekakak ini maknanya sebagai bentuk pengorbanan agar diberikan keselamatan dan keberkahan warga. Selain itu untuk melestarikan budaya. "Yang penting ini juga untuk nguri-uri budaya. Sekaligus kebersamaan, kerukunan dan silaturahmi warga," ucap Priyo.
Dia menyampaikan saat ini penambangan gamping di Ambarketawang Gamping tidak ada. Namun masih tersisa bukti bukit gamping yang kini dijadikan sebagai cagar budaya. Menurutnya antuasiasme masyarakat untuk menyelenggarakan Saparan Bekakak cukup tinggi. Salah satunya peserta kirab yang cukup banyak partisipasinya dari masyarakat.(Tri)
Tri Darmiyati
Sepasang pengantin bekakak yang terbuat dari tepung beras dikirab sebelum disembelih untuk prosesi Saparan Bekakak, di Ambarketawang, Gamping.
Sepasang pengantin bekakak yang terbuat dari tepung beras dikirab sebelum disembelih untuk prosesi Saparan Bekakak, di Ambarketawang, Gamping.
No comments:
Post a Comment