Meskipun tak turun langsung meliput evakuasi di Gunung Merapi karena posisi di Boyolali, saya bisa merasakan jiwa heroik para tim penyelamat jenazah pendaki Erri Yunanto (21). Apalagi mereka yang harus turun ke kawah. Usai evakuasi selesai, saya berkesempatan meliput pengalaman salah seorang penyelemat dari SAR DIY yang turun ke kawah yakni Endro.Kebetulan kantor menugasi saya meliputnya. Berikut pengalaman Endro yang bertaruh nyawa menyelematkan korban jiwa. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi para pendaki.
Evakuasi Ekstrim Pendaki di Gunung Merapi
Endro Bertaruh Nyawa Turun Naik Kawah
Endro Bertaruh Nyawa Turun Naik Kawah
RAUT muka Endro Sambodo (31) masih terlihat lelah saat ditemui di Kantor Search and Rescue (SAR) DIY Rabu (20/5) kemarin. Bibirnya terlihat pecah-pecah dan sesekali dia harus minum. Maklum saja selama tiga hari lalu anggota SAR DIY itu berada di kawasan Puncak Gunung Merapi. Bahkan ia berjibaku turun ke kawah Merapi bersama tim SAR Gabungan untuk menyelamatkan jenazah pendaki Erri Yunanto (21) yang terperosok.
"Maaf ya saya cepat haus. Ini efek tubuh kalau di gunung siang panas sekali, malam dingin. Kulit jadi pecah-pecah dan mengelupas. Kayaknya saya besok perlu spa dulu," tutur Endro sambil tersenyum membuka perbincangan di Kantor SAR DIY kemarin.
Sejak awal skenario penyelamatan, Endro yang memiliki nama Gembel di SAR itu, sudah diplotkan turun melakukan vertical rescue ke kawah. Dia menempati posisi kedua dari 5 recuer atau penyelamat yang bertugas mengangkat jenazah dari kawah. Waktu ditunjuk dipikirannya hanya siap melaksanakan tugas mulia sebagai SAR walaupun berisiko. Rasa panik dan was-was ia tahan dan fokus pada penyelamatan.
"Tidak ada rasa deg-degan pas turun. Beruntungnya kondisi suhu di dasar kawah saat saya turun sama dengan suhu siang hari saat panas seperti ini. Nafas tidak berat. Kepekatan asap sulfatara normal. Bau belarang hampir tidak ada," terang warga RT 04 , RW 33 Sermo, Sumberarum, Moyudan, Sleman itu.
Namun diakuinya suhu di kawah fluktuatif berkisar 30 sampai 50 derajat celsius. Menurutnya evakuasi jasad Erri adalah evakuasi ekstrim karena berada dalam situasi yang komplek. Apalagi ia kali pertama masuk ke kawah gunung. Banyak variabel yang perlu diperhitungkan sebelum tim penyelamat masuk ke kawah seperti suhu, jenis bebatuan labil, kandungan belerang dan asap sulfatara.
"Yang paling sulit itu medan lintasannya saat turun ke kawah dan balik ke atas dan harus packing. Batuannya labil. Kena tali saja batu runtuh. Saya berkali-kali kejatuhan batu. Tapi pakai helm dan baju pelindung lengkap, sehingga aman," papar suami dari Adelia Puspitasari(25) itu.
Lantaran kondisi setiap detik bisa berubah ia dan tim penyelemat menggunakan momen itu untuk fokus menyelamatkan korban. Selain Gembel, ada Bakat Setiawan dari Barameru yang turun pertama memastikan situasi dan kondisi di kawah aman atau tidak untuk evakuasi. Sedangkan tiga penyelemat lain dari SAR DIY yakni Andri Susanto, Akhmad Muhsin dan Rahmadiyono yang bertugas menarik jenazah dan dua rescuer yang turun.
Dia menilai koordinasi dan kekompakan tim dari berbagai pihak yang solid membantu evakausi berjalan lancar. Diakuinya sang istri sempat khawatir saat ia mengabarkan harus turun ke kawah. Namun niat dan ia meyakinkan ke istrinya untuk memberikan kepercayaan. Beruntung telepon selulernya mati, sehingga ia fokus mengevakuasi.
"Tapi kalau masuk ke kawah lagi saya tidak mau. Karena kondisinya tidak mungkin seberuntung seperti kemarin. Saat turun, suhu dalam kondisi normal. Saat kami naik, susu di kawah langsung tinggi," tambah Gembel yang masuk SAR DIY sejak tahun 2006 itu.
Tidak heran dia tunjuk sebagai penyelemat karena dia telah mengantongi sertifikat internasional rescue vertikal dan emergency first responder tingkat internasional. Tim rescue yang turun juga harus memiliki mental dan hati yang kuat.
"Saya senang dengan kegiatan berkaitan dengan alam seperti naik gunung, menyelam dan hutan. Dari situ saya terus meningkatkan kemampuan," kata Endro yang juga bekerja sebagai Tim Reaksi Cepat BPBD DIY itu.
Dia berpesan kepada para pendaki untuk mematuhi aturan dan menghormati alam. Pendakian di Gunung Merapi hanya sampai Pasae Bubrah. Diakuinya banyak pendaki yang mengabaikan aturam sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan.(Tri)
"Maaf ya saya cepat haus. Ini efek tubuh kalau di gunung siang panas sekali, malam dingin. Kulit jadi pecah-pecah dan mengelupas. Kayaknya saya besok perlu spa dulu," tutur Endro sambil tersenyum membuka perbincangan di Kantor SAR DIY kemarin.
Sejak awal skenario penyelamatan, Endro yang memiliki nama Gembel di SAR itu, sudah diplotkan turun melakukan vertical rescue ke kawah. Dia menempati posisi kedua dari 5 recuer atau penyelamat yang bertugas mengangkat jenazah dari kawah. Waktu ditunjuk dipikirannya hanya siap melaksanakan tugas mulia sebagai SAR walaupun berisiko. Rasa panik dan was-was ia tahan dan fokus pada penyelamatan.
"Tidak ada rasa deg-degan pas turun. Beruntungnya kondisi suhu di dasar kawah saat saya turun sama dengan suhu siang hari saat panas seperti ini. Nafas tidak berat. Kepekatan asap sulfatara normal. Bau belarang hampir tidak ada," terang warga RT 04 , RW 33 Sermo, Sumberarum, Moyudan, Sleman itu.
Namun diakuinya suhu di kawah fluktuatif berkisar 30 sampai 50 derajat celsius. Menurutnya evakuasi jasad Erri adalah evakuasi ekstrim karena berada dalam situasi yang komplek. Apalagi ia kali pertama masuk ke kawah gunung. Banyak variabel yang perlu diperhitungkan sebelum tim penyelamat masuk ke kawah seperti suhu, jenis bebatuan labil, kandungan belerang dan asap sulfatara.
"Yang paling sulit itu medan lintasannya saat turun ke kawah dan balik ke atas dan harus packing. Batuannya labil. Kena tali saja batu runtuh. Saya berkali-kali kejatuhan batu. Tapi pakai helm dan baju pelindung lengkap, sehingga aman," papar suami dari Adelia Puspitasari(25) itu.
Lantaran kondisi setiap detik bisa berubah ia dan tim penyelemat menggunakan momen itu untuk fokus menyelamatkan korban. Selain Gembel, ada Bakat Setiawan dari Barameru yang turun pertama memastikan situasi dan kondisi di kawah aman atau tidak untuk evakuasi. Sedangkan tiga penyelemat lain dari SAR DIY yakni Andri Susanto, Akhmad Muhsin dan Rahmadiyono yang bertugas menarik jenazah dan dua rescuer yang turun.
Dia menilai koordinasi dan kekompakan tim dari berbagai pihak yang solid membantu evakausi berjalan lancar. Diakuinya sang istri sempat khawatir saat ia mengabarkan harus turun ke kawah. Namun niat dan ia meyakinkan ke istrinya untuk memberikan kepercayaan. Beruntung telepon selulernya mati, sehingga ia fokus mengevakuasi.
"Tapi kalau masuk ke kawah lagi saya tidak mau. Karena kondisinya tidak mungkin seberuntung seperti kemarin. Saat turun, suhu dalam kondisi normal. Saat kami naik, susu di kawah langsung tinggi," tambah Gembel yang masuk SAR DIY sejak tahun 2006 itu.
Tidak heran dia tunjuk sebagai penyelemat karena dia telah mengantongi sertifikat internasional rescue vertikal dan emergency first responder tingkat internasional. Tim rescue yang turun juga harus memiliki mental dan hati yang kuat.
"Saya senang dengan kegiatan berkaitan dengan alam seperti naik gunung, menyelam dan hutan. Dari situ saya terus meningkatkan kemampuan," kata Endro yang juga bekerja sebagai Tim Reaksi Cepat BPBD DIY itu.
Dia berpesan kepada para pendaki untuk mematuhi aturan dan menghormati alam. Pendakian di Gunung Merapi hanya sampai Pasae Bubrah. Diakuinya banyak pendaki yang mengabaikan aturam sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan.(Tri)
TRI DARMIYATI
Endro Sambodo, salah satu anggota SAR DIY yang turun ke kawah Merapi mengevakuasi jenazah Erri Yunanto.
No comments:
Post a Comment