Bagaikan petir di siang bolong yang cerah rasanya. Pertanyaan itu kembali terlontar dari ibu. Singkat-singkat tapi seketika langsung membuyarkan konsentrasiku mengetik berita.
"Apa kabar cah sumatra? Cah yg dulu kos di gedongkuning? Apa masih kerja di Solo." Bertubi-tubi pertanyaan itu dari ibu.
Pertanyaan yg selalu kuharap tak keluar dari ibu setiap libur lebaran tiba. Ak memang tak melihat ekspresi muka ibu saat ia bertanya karena kami di ruangan yang berbeda. Aku mengetik di depan laptop di ruang tamu dan ibu di ruang tengah. Namun dari nada suaranya terasa ibu mengharap kedatangannya lagi. Mempertegas bagaimana perkembangan hubungan kami dulu.
Sembari mengetik aku jawab sekenanya. "Mungkin masih kerja di Solo bu," jawabku sambil lalu.
Entahlah ibu mendengar jawabanku atau tidak karena kakakku tetiba berbicara dengan ibu. Namun ibu tak merespon lagi atas jawabanku tadi. Fiuhh syukurlah..
Sebenarnya aku sudah malas menjawab pertanyaan serupa tentang itu setiap libur lebaran. Tapi pasti ibu masih terkenang dengan lelaki asal Lampung, teman dekatku dulu yang selalu datang ke rumah tiap lebaran. Hanya sejak 3 atau 4 tahun lalu(aku rada lupa) dia tak datang lagi.
Ceritaku dan dia sudah usai bu. Sebenarnya kalimat itu yang seharusnya kuberikan sebagai jawaban untuk pertanyaan ibu. Namun kupikir tak ingin lagi ada pertanyaan tambahan lain dari ibu jika kujawab seperti itu. Pasti ibu akan menjawab "jangan milih2" bla...bla..bla..
Ak sudah capek denganya. Orang satu2nya yang bs membuatku mengerem ambisi, menaklukkam emosi dan kupercayai. Laki-laki dewasa yang kuizinkan mengelus kepalaku dan menyentuh tanganku karena bisa menenangkanku. Ahh sudahlah.. Dia sudah bahagia di sana. Salahku yang dulu mudah menyerah karena tak ingin ada masalah dengan ibunya yang masih mengekang garis keturunan dari tanah kelahirannya.
Tak harus memiliki memang menyakitkan, tapi itu kenyataan. Namun cerita lalu itu, masih menyisakan kehati-hatianku untuk kembali membuka hati. Dear heart, I'm sorry you have to be patient. Just forwad n enjoy story from Allah. I believe whatever happen in the end is the best for me
Wake up, stand up n don't give up :-)
7/30/2014
4/19/2014
Mengejar Matahari Terbit di Bukit Si Kunir
Pemandangan matahari terbit di antara jajaran puncak Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing dan Ungaran di Bukit Si Kunir Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
<B>MESKIPUN<P> waktu masih menunjukkan pukul 04.00 wib tapi perbukitan di kawasan Dieng Wonosobo Jawa Tengah itu sudah ramai dengan wisatawan. Berbekal nyala senter dan jaket tebal perjalanan mendaki dimulai. Udara tipis dan dingin yang menusuk kulit membuat nafas mudah tersengal. Sesekali nyanyian penyemangat, salam serta ucapan hati-hati antar rombongan mengiringi perjalanan.
Namun semua rasa lelah itu terbayar saat mencapai puncak. Pemandangan puncak Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing berjajar disinari mentari yang perlahan muncul. Sebagian awan tipis masih terlihat menggantung di antara puncak gunung. Pemandangan semesta dan pegunungan pun membuat terkesima wisatawan karena keindahan di atas Bukit Si Kunir.
Ya Bukit Si Kunir adalah satu bukit yang mengelilingi Dataran Tinggi Dieng dengan ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut. Bukit di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo ini atau desa tertinggi di Pulau Jawa ini adalah salah satu tempat terbaik untuk menikmati matahari terbit.
Jarak pendakian pun tidak terlalu jauh karena puncak dapat dicapai dalam waktu sekitar 45 menit. Namun tetap harus berhati-hati karena jalan setapak cukup terjal dengan sebagian tepi jalan adalah jurang. Ada dua jalur pendakian di Bukit Si Kunir. Satu jalur pendek dan satu jalur lain yang lebih tinggi.
Sembari menikmati pemadangan pengunjung juga dapat beristirahat menikmati udara segar. Beberapa pedagang minuman panas dan kentang goreng sudah menanti di puncak si Kunir. Lelah dan cuaca dingin di lokasi memang mudah lapar. Ini juga jadi energi untuk perlajanan turun bukit.
Tidak hanya saat terbit matahari, pemandangan perbukitan hijau yang mengelilingi Si Kunir juga apik. Tak heran wisatawan selalu mengabadikannya dengan kamera. Turun dari Bukit Si Kunir, pengunjung akan disambut dengan Telaga Cebong. Air telaga yang terlihat hijau dan dikelilingi persawahan terasering sayuran serta pohon carica terasa menyejukkan.
Di dekat Telaga Cebong terdapat tempat pemberhentian dan parkir kendaraan para pengunjung. Lokasi ini juga menjadi awal mula pendakian. Biaya masuk pendakian Bukit Si Kunir hanya Rp 2.000 per orang.
Pendakian di Bukit Si Kunir yang tidak terlalu jauh, cocok bagi pendaki pemula. Namun tetap harus dipersiapkan kondisi fisik sebelum mendaki dengan latihan fisik olahraga sebelum berangkat. Ini agar tubuh tidak kaget saat mendaki dengan udara dingin waktu dini hari. Wisata ini juga sangat cocok bagi Anda yang suka petualangan.
“Saya suka alam dan fotografi jadi nggak ngebosenin ke Bukit Si Kunir. Apalagi <I>sunrise<P> di Si Kunir adalah salah satu yang terindah,” tutur Handito salah satu wisatawan yang sudah empat kali mendaki Bukit Si Kunir itu belum lama ini.
Perjalanan menuju Si Kunir dari Yogyakarta dapat ditempuh sekitar 4 jam dari Yogyakarta. Untuk perjalanan di malam hari dianjurkan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada kendaraan umum yang menuju Bukit Si Kunir. Namun jika tidak ingin repot bisa juga datang di siang hari dan menginap di home stay atau rumah penduduk setempat. Baru pada dini hari mendaki ke puncak Si Kunir.
Untuk perjalanan kendaraan umum dari Yogyakarta bisa menggunakan bus Semarang dan turun di Magelang. Kemudian pindah bus jurusan Wonosobo. Tiba di Wonosobo gunakan angkot ke kota dan bus jurusan Dieng. Sedangkan untuk menuju si Kunir ada jasa ojek. Siap bertualang, mari mengejar matahari.<B>(Tri)<P>
SERUNYA SELFIE RUN
Berlari untuk Narsis
<B>RIBUAN<P> orang memadati penggal Jalan Margo Utomo atau Jalan Mangkubumi Yogyakarta Minggu (13/4) pagi untuk berlari bersama. Beberapa orang bergerombol memasang muka senyum atau manyun dengan <I>handphone<P> yang dilengkapi dengan tongkat narsis (tongsis). Peserta yang lain pun antusias memfoto diri mereka sendiri atau narsis. Semakin seru ketika bubuk warna warni ditaburkan ke arah peserta.
Suasana seru inilah gambaran dari acara Selfie Run yang diadakan oleh Indosat bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat (KR) Group. Selfie Run ini dilepas oleh Direktur KR dr Gun Nugroho Samawi dengan mengibarkan bendera.
Acara yang menjadi bagian dari Togoe Jogja Festival (TJF) kedua ini diikuti sekitar 2.000 peserta baik anak muda maupun orangtua. Kegiatan ini juga untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun(HUT) 4 media KR Group yakni Minggu Pagi, KR Radio, KR Jogja.com dan Koran Merapi Pembaruan.
”Bagus. Buat seru-seruan. Positif juga karena lari buat olahraga menyehatkan,” kata Novi salah satu peserta Selfie Run kepada <I>Merapi<P> di sela acara.
Dia bahkan sengaja tampil beda dengan mengenakan rok seperti balerina. Menurutnya cara itu agar jadi pusat perhatian di antara ribuan peserta lainnya. Hal senada juga dikatakan oleh Iyan peserta Selfi Run lainnya.
”Di Yogyakarta acara lari masih sedikit. Apalagi sambil foto narsis,” kata Iyan anggota Komunitas Indorunners Jogja itu.
Tidak kalah dengan anak muda, beberapa orang lansia juga mengikuti acara ini. Seperti Suparjo (70) warga Ronodigdayan, Bausasran, Danurejan. Namun ia sendiri tidak memahami selfie dan narsis, hanya berlari.
”Saya senang olahraga dan suka lari, makanya ikut acara ini,” kata Suparjo yang seminggu sekali berlari di sejumlah jalan di Kota Yogyakarta itu.
Peserta ini berlari menempuh jarak 5 km dengan mengambil start dan finish di Jalan Margo Utomo. Tidak seperti lari bersama lainnya, di tengah jalan peserta bebas berekspresi memfoto diri. Sampai di finish semua peserta memperoleh medali dan tetap narsis tiada henti.
Ketua Panitia HUT Bersama 4 Media KR Group, Baskoro Jati menyatakan mendukung penuh acara yang digandrungi anak mudah itu. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Indosat atas kerja samanya.
Selain selfie, TJF juga dimeriahkan dengan 240 tumpeng persembahan dari para pelaku usaha di Jalan Margo Utomo. Sebanyak 100 tumpeng di antaranya persembahan dari Indosat.
“Tumpeng ini akan dimakan bersama-sama warga,” kata Ketua II Panitia TJF Widyo Suprayogi.
TJF yang diadakan bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta dan Dini Media Pro ini juga menampilkan kreativitas pelajar SMA di Yogyakarta di bidang seni budaya. Ada pentas musik, tarian, teater, mini orkestra. Selain itu juga ada konsultasi kesehatan dan donor darah.<B>(Tri)<P>
Foto -TRI DARMIYATI
Para peserta Selfie Run berfoto bersama dengan handphone yang dilengkapi dengan tongsis agar maksimal.
<B>RIBUAN<P> orang memadati penggal Jalan Margo Utomo atau Jalan Mangkubumi Yogyakarta Minggu (13/4) pagi untuk berlari bersama. Beberapa orang bergerombol memasang muka senyum atau manyun dengan <I>handphone<P> yang dilengkapi dengan tongkat narsis (tongsis). Peserta yang lain pun antusias memfoto diri mereka sendiri atau narsis. Semakin seru ketika bubuk warna warni ditaburkan ke arah peserta.
Suasana seru inilah gambaran dari acara Selfie Run yang diadakan oleh Indosat bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat (KR) Group. Selfie Run ini dilepas oleh Direktur KR dr Gun Nugroho Samawi dengan mengibarkan bendera.
Acara yang menjadi bagian dari Togoe Jogja Festival (TJF) kedua ini diikuti sekitar 2.000 peserta baik anak muda maupun orangtua. Kegiatan ini juga untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun(HUT) 4 media KR Group yakni Minggu Pagi, KR Radio, KR Jogja.com dan Koran Merapi Pembaruan.
”Bagus. Buat seru-seruan. Positif juga karena lari buat olahraga menyehatkan,” kata Novi salah satu peserta Selfie Run kepada <I>Merapi<P> di sela acara.
Dia bahkan sengaja tampil beda dengan mengenakan rok seperti balerina. Menurutnya cara itu agar jadi pusat perhatian di antara ribuan peserta lainnya. Hal senada juga dikatakan oleh Iyan peserta Selfi Run lainnya.
”Di Yogyakarta acara lari masih sedikit. Apalagi sambil foto narsis,” kata Iyan anggota Komunitas Indorunners Jogja itu.
Tidak kalah dengan anak muda, beberapa orang lansia juga mengikuti acara ini. Seperti Suparjo (70) warga Ronodigdayan, Bausasran, Danurejan. Namun ia sendiri tidak memahami selfie dan narsis, hanya berlari.
”Saya senang olahraga dan suka lari, makanya ikut acara ini,” kata Suparjo yang seminggu sekali berlari di sejumlah jalan di Kota Yogyakarta itu.
Peserta ini berlari menempuh jarak 5 km dengan mengambil start dan finish di Jalan Margo Utomo. Tidak seperti lari bersama lainnya, di tengah jalan peserta bebas berekspresi memfoto diri. Sampai di finish semua peserta memperoleh medali dan tetap narsis tiada henti.
Ketua Panitia HUT Bersama 4 Media KR Group, Baskoro Jati menyatakan mendukung penuh acara yang digandrungi anak mudah itu. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Indosat atas kerja samanya.
Selain selfie, TJF juga dimeriahkan dengan 240 tumpeng persembahan dari para pelaku usaha di Jalan Margo Utomo. Sebanyak 100 tumpeng di antaranya persembahan dari Indosat.
“Tumpeng ini akan dimakan bersama-sama warga,” kata Ketua II Panitia TJF Widyo Suprayogi.
TJF yang diadakan bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta dan Dini Media Pro ini juga menampilkan kreativitas pelajar SMA di Yogyakarta di bidang seni budaya. Ada pentas musik, tarian, teater, mini orkestra. Selain itu juga ada konsultasi kesehatan dan donor darah.<B>(Tri)<P>
Foto -TRI DARMIYATI
Para peserta Selfie Run berfoto bersama dengan handphone yang dilengkapi dengan tongsis agar maksimal.
Subscribe to:
Posts (Atom)