5/25/2013

PHP Itu adalah Kejahatan

Manusia hidup memang harus memiliki harapan. Tapi kalau berharap banyak atau memberikan harapan tanpa tindakan itu akan menimbulkan masalah. Apalagi kalau memberikan harapan palsu kepada orang lain alias menipu. Jelas itu akan menyakitkan.
Dalam konteks hubungan manusia terutama antara perempuan dan laki-laki tentu pernah merasakan diberi harapan palsu. Bahasa kerennya di-PHP (baca: PEMBERI HARAPAN PALSU). Bagamana rasanya ? hahahahah kecewa pastinya. Apalagi di PHP dalam waktu lama. Kita hanya diombang-ambing dengan sikap manis, menyenangkan  setiap harinya.
Mulai dari bangun pagi, siang hari dan malam hari. Menyapa dan membicarakan hal-hal yang tidak penting, seperti membangunkan tidur dan melaporkan apa yang dilakukannya dan posisi dimana dia berada. Yang paling parah menanyakan jam, hari dan tanggal  lewat bbm (kehabisan tema yang diobrolin kali yak sampai segitu bodoh dan konyolnya). Padahal di hape jelas-jelas itu sudah ada .
Para penjahat PHP biasanya juga memiliki panggilan khusus, biar akrab. Ada yang pake adik kakak, mama papa, om tante, mami, papi atau lainnya. Pokonya terdengan ga banget. Terkadang para PHP ini seharian tidak mengirimkan kabar atau menanyakan kabar. (mungkin lagi cari korban PHP lain, #eh ). Sementara si calon korban sudah masuk perangkap dan belingsatan tidak ada yang menyapanya dan memperhatikannya. Mulai khawatir dengan keberadaan si PHP. Padahal belum tentu si PHP mikirin korban.
Semua itu terus mereka lakukan setiap hari tanpa berpikir apa  akibat dengan perlakuan yang mungkin mereka anggap biasa. Terasa melayang dan terbang. Tapi setelah cukup lama kita akan dijatuhkan dan dihempaskan. Jadi sebaiknya hati-hati kalau tidak mau jadi korban PHP.
Pernah baca di sebuah artikel pria membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk memutuskan status pedekatenya jadi teman atau lanjut ke hubungan lain. Jika sampai lebih dari 3 bulan, ya bisa dikatakan masuk golongan PHP.  Jika tidak mau jadi korban PHP, sebaiknya berantas PHP secepatnya.  Caranya, jangan mudah gede rasa dan menanggapi setiap pesan, telepon atau ajakan para PHP. Sesekali kita yang harus mengombang ambingkan mereka. Kalau memang dia serius dia akan melanjutkannya.
Kalau kamu main ekstrim pertanyakanlah perhatian dan sikapnya yang diberikan selama ini apa juga dilakukan ke semua orang. Jika ya mungkin orang itu sudah masuk tebar peson parah..jika orang normal tentu dapat memperlakukan mana perhatian teman, sabahat dan lebih dari itu. Kita berhak menanyakan itu. Tapi aku nggak yakin bagi seoerang perempuan yang berani menanyakannya. Selama ini kan masih ada semacam adat perempuan yang menunggu.  
Namun semua kembali ke keputusanmu. Mau menunggu ketidakpastian sampai lamaa dan setelah itu akan sakit sekali rasanya. Atau mempertanyakan sikapnya dan ya sudah kecewa sedikit dan kita akan melanjutkan hidup dan hati kita dengan orang yang bener-benar saling memberikan harapan dan mewujudkannya bersama.
Okk karena harapan adalah kekuatan hidup. Namun PHP adalah kejahatan  yang harus segera diberantas….

5/11/2013

Jogja Pen Spinning Community (JPSC)

Memutar Pena Itu Candu

PENA warna warni itu meliuk-liuk di sela jari-jari mereka. Sesekali gerakan memutar dipadukan melempar menghasilkan gerakan apik dipandang mata. Meski gerakan meliuk dan memutar, pena itu tidak terjatuh, seperti melekat di tangan. Inilah permainan seni memutar pena dengan tangan atau dikenal pen spinning. Menguasai setiap trik gerakan memutar pena menjadi candu para penggemar pen spinning.
Sejumlah anak muda di Yogyakarta yang tergabung dalam Jogja Pen Spinning Community (JPSC) sudah hampir tiga tahun ini menggemarinya. Di setiap kesempatan ada pena atau puplen refleks tangan mereka memainkannya. Di kelas atau saat sedang di jalan mereka memainkannya. Bagi orang awam yang tidak mengetahui permainan ini mengganggap mereka kurang kerjaan.
“Pertama kali lihat saya heran dan terkesima. Main pulpen diputar-putar tapi kok tidak jatuh. Dari saya situlah tertarik permainann ini. Setiap satu trik berhasil dikuasai, rasanya tertantang untuk menguasai trik lainnya,” terang Adrinanus Wisnu salah satu anggota JPSC saat berbincang dengan Merapi di sela kegiatan mereka Jumat (4/12) malam.
Dari berbagai referensi permainan pen spinning  bermula di Jepang sekitar tahun 1970. Namun baru berkembang pesat tahun 2000-an. Pada dasarnya semua pena, pensil atau spidol dapat menjadi alat permainan ini. Namun untuk keseimbangan dan keindahan permainan dibutuhkan pena yang sudah dimodifikasi atau <I> pen mod<P>.
“Butuh ketelatenan untuk memainkannya. Paling tidak butuh waktu tiga bulan untuk bisa dikatakan spinner(pemain pen spinning). Satu menit memutar, jari-jari rasanya sudah cukup pegal,” kata Adrianus yang akrab disapa Ian itu.
Ian belajar permainan ini secara otodidak dari video di You tube dan akhirnya masuk di JPSC. Kini ia aktif mengikuti turnamen pen spinning tingkat nasional secara online. Hal yang sama juga dialami salah satu penggagas JPSC, Billy Ramadian. Dia bahkan sempat dimarahi orangtua karena menghabiskan uang hanya untuk membeli pulpen yang mahal. Namun akhirnya orangtua bisa menerima melihat hobi ini juga menghasilkan.
“Awalnya dibilang autis dan kurang kerjaan. Tapi ini namanya hobi memiliki kesenangan masing-masing,” kata Billy.
Permainan ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 2008 dan ke Yogyakarta sekitar tahun 2009. JPSC Sendiri terbentuk pada 25 Februari 2010. Kini keanggotaanya mencapai ratusan dengan peserta aktif sekitar 20 orang. Mereka kebanyakan dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Sebulan sekali komunitas ini ini berkumpul saling sharing dan mempelajari trik pen spinning. Turnamen secara internal juga diadakan untuk meningkatkan kemampuan. Komunitas ini juga sering diundang untuk mengisi berbagai kegiataan komunitas dan festival.
Mereka menjelajah di setiap toko alat tulis untuk mencari komponenen pembuatan pena mod. Bahkan rela merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkan pen mode yang sebagian harus diimpor ini. Satu pen mod dibuat dari 5 komponen pena yang berbeda merek. 
Untuk memainkan <I> pen spinning<p> paling tidak ada empat gerakan dasar yang harus dikuasai. Gerakan dasar ini yakni pena mengitari ibu jari (thumb around), memutar pena dengan semua jari dipadu gerakan maju mundur seperti putaran stik (Charge), modifikasi gerakan charge yang dipindahkan ke sela jari-jari lain (Sonic) dan memutari jari-jari dari telunjuk (finger pass)
“Trik dasar, ini harus dikuasai. Trik lainnya merupakan gabungan gerakan keemat trik itu,” tambah Billy yang memiliki koleksi puluhan pen mod ini.
Permainan ini dinilai dari berbagai segi. Bisa dari banyaknya trik yang digunakan dalam sekali permainan, putaran yang konstan dan seberapa lama putaran pena. Untuk memainkannya pun ada beberapa gaya. Menurutnya yang sedang trend adalah gaya power trick, yakni menggabungkan gerakan pena memutar dan melempar.
“Yang paling sulit gaya smoothnes dimana menggabungkan banyak trik tapi gerakannya tetap konstan,” urai mahasiswa UPN Vetaran itu.
Bagi anda yang tertarik dengan permainan ini komunitas ini terbuka menerima saat kegiatan kumpul bersama. Selain itu bisa juga mengakses account Twitter @jpsc25 atau Facebook, Jogja Pen Spinning Community.  Ke depan komunitas ini berupaya terus menghidupkan permainan ini dan mencari sponsor untuk mendukung kegiatan.(Tri)

MERAPI-ISTIMEWA
05JPSC
Teman-teman JPSC saat tampil memainkan seni memutar pena atau pen spinning.

*Pernah dimuat di rubrik komunitas Gayeng di Koran Merapi Pembaruan


PODJOK

Kembalikan Yogya Sebagai Kota Wisata Sepeda
PEMBERITAAN bencana Gunung Merapi yang berlebihan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan di Yogya. Sejumlah komunitas yang cukup beragam berupaya mengembalikan Yogya aman untuk dikunjungi. Seperti komunitas sepeda ontel Paguyuban Onthel Djogjakarta (Podjok) yang bersepeda untuk pulihkan wisata Yogya.
Podjok yang berdiri empat tahun silam itu dalam kegiatan rutinnya memang tidak jauh dari jalur wisata. Sehingga tak heran, Podjok ikut aktif dalam gerakan pemulihan wisata Yogya dengan gerakan sepeda onthelnya.
“Kami cukup terpukul dengan kondisi tersebut. Bersama pihak terkait wisata kami dari Podjok mencoba mengembalikan kondisi Yogya Aman untuk dikunjungi wisatawan lagi,” terang Muntowil Ketua Podjok saat berbincang dengan <I>Merapi<P> baru-baru ini.
Beragam kegiatan diiikuti untuk pemulihan wisata di Yogya, seperti diundang bergabung dengan komunitas atau instansi lain untuk mengadakan kegiatan festival. Pengiriman kerabat (red. anggota) Podjol dalam pertemuan onthel nasional di Cirebon baru-baru ini, dan membawa pesan Yogya aman dikunjungi.
“Kegiatan terdekat minggu 5 Desember ini kami akan mengikuti kegiatan kenduri Yogya. Salah satu kegiatan pemulihan wisata yang diadakan Kota Yogya,” ujarnya.
Komunitas Podjok sendiri merupakan salah satu komunitas sepeda onthel di Yogya yang cukup unik. Dari cara pakaian ketika berkumpul menjadi ciri khasnya. Dengan pakaian jawa ditambah kain jarik dan penutup kepala pada masa perjuangan. Ada pula yang mengenakan baju belanda dengan kain dril lengkap topinya.
“Cara pakaian unik tersebut untuk menarik masyarakat bersepeda. Selain itu sebagai nostalgia sepeda pada zaman dulu,” imbuhnya.
Kerabat Podjok atau sebutan anggotanya terdiri dari penggemar sepeda onthel. Saat ini jumlah anggota mencapai 650 an dengan anggota aktif sekitar 150. Sepeda yang digunakan kerabat Podjok adalah sepeda onthel lawasan yang cenderung orisinil.
Awalnya Podjok didirikan tiga penggagas yakni Towil, Ananta dan Bagus pada 19 November 2006. Pembentukan paguyuban Podjok merupakan bentuk jawaban atas kegelisahan ketiganya terhadap nasib sepeda-sepeda onthel yang semakin terpinggirkan karena perubahan jaman.
“Sepeda onthel sebagai benda multiguna bersejarah perlu dirawat dan dilestarikan. Dengan sepeda onthel juga merespon beberapa tantangan zaman sekarang seperti global warming, krisis energi, krisis kesehatan masyarakat, krisis patriotisme dan krisis budaya,” urai warga Kulon Progo itu.
Kegiatan rutin yang digelar Podjok ialah Apel Malam Minggu pukul 20.00 hingga 23.00 WIB di depan K
antor Pos Besar Yogyakarta. Selain itu ada Ritual Mubeng Nagari hari Minggu pertama setiap bulannya yang diawali dengan Apel Pagi di depan Pagelaran Kraton Kasultanan Yogyakarta (Alun-Alun Utara). Bagi yang berminat bergabung bisa datang saat pertemua Apel Malam Minggu.
“Kami tetap membawa misi mengembalikan Yogya sebagai kota sepeda kembali lewat jalur wisata. Meski tidak mudah untuk mengajak masyarakat memakai sepeda sebagai alat trasnportasi lagi,” tutupnya. (Tri).

MERAPI-ISTIMEWA
Kerabat Podjok saat berkumpul bersama dengan sepeda onthel dan pakaian unik khas Jawa Belanda.
Pernah dimuat di Koran Merapi Pembaruan