Gendam selalu diidentikan dengan hipnotis. Namun sesungguhnya gendam dan hipnosis (ilmu hipnotis) memiliki perbedaan tipis. Gendam dan hipnosis sama-sama mempengaruhi pikiran orang untuk tujuan tertentu.
Gendam kebanyakan dilakukan untuk tindak kejahatan. Namun masyarakat tak perlu panik, ada sejumlah antisipas si yang bisa dilakukan.
Menurut salah seorang mantan pelaku gendam Ag (35) (bukan nama sebenarnya)yang tinggal di Yogyakarta, gendam dilakukan dengan mempengaruhi pikiran korban melalui sentuhan fisik. Sentuhan fisik seperti dengan tepukan di salah satu bagian tubuh korban.
“Cukup sekali sentuh, orang akan menuruti apa yang diperintahkan pengendam. Selang beberapa menit, orang tersebut baru sadar. Gendam tidak bisa dilakukan dengan perantara media telepon atau sms,” kata Ag saat berbincang dengan Merapi baru-baru ini.
Ag yang sekarang berprofesi sebagai hipnoterapi menjelaskan, gendam dan hipnotis sama-sama bertujuan mempengaruhi pikiran seseorang untuk melakukan sesuatu. Perbedaannya hipnotis memerlukan kesepakatan dari orang yang bersangkutan dan pada gendam tidak perlu ada kesepakatan tersebut. Ilmu gendam juga membutuhkan unsur magis untuk melakukan aksinya sedangkan hipnotis tidak.
“Dulu saya harus menjalani puasa 40 hari dan sejumlah ritual klenik. Tubuhjuga diisi dengan kekuatan magik. Setelah itu ilmu gendam sudah bisa digunakan. Kalau hipnosis itu murni pengaruh pikiran,” ujarnya.
Sejumlahantisipasi yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghindari gendam antara lain pikiran jangan terlalu fokus pada sesuatu, suka murung dan pikiran kemana-mana. Saat-saat seperti itu, menurut Ag, gendam mudah masuk.
“Pikiran yang terlalu fokus misalnya membaca buku atau bersms denganhandphone. Cara lain untuk menghindarinya, bisa dengan reflek menepuk balik orang tersebut yang dicurigai penggendam,” tandasnya.(Tri)
Dimuat di Koran Merapi Pembaruan Yogyakarta Minggu 3 Oktober 2010
Gendam kebanyakan dilakukan untuk tindak kejahatan. Namun masyarakat tak perlu panik, ada sejumlah antisipas si yang bisa dilakukan.
Menurut salah seorang mantan pelaku gendam Ag (35) (bukan nama sebenarnya)yang tinggal di Yogyakarta, gendam dilakukan dengan mempengaruhi pikiran korban melalui sentuhan fisik. Sentuhan fisik seperti dengan tepukan di salah satu bagian tubuh korban.
“Cukup sekali sentuh, orang akan menuruti apa yang diperintahkan pengendam. Selang beberapa menit, orang tersebut baru sadar. Gendam tidak bisa dilakukan dengan perantara media telepon atau sms,” kata Ag saat berbincang dengan Merapi baru-baru ini.
Ag yang sekarang berprofesi sebagai hipnoterapi menjelaskan, gendam dan hipnotis sama-sama bertujuan mempengaruhi pikiran seseorang untuk melakukan sesuatu. Perbedaannya hipnotis memerlukan kesepakatan dari orang yang bersangkutan dan pada gendam tidak perlu ada kesepakatan tersebut. Ilmu gendam juga membutuhkan unsur magis untuk melakukan aksinya sedangkan hipnotis tidak.
“Dulu saya harus menjalani puasa 40 hari dan sejumlah ritual klenik. Tubuhjuga diisi dengan kekuatan magik. Setelah itu ilmu gendam sudah bisa digunakan. Kalau hipnosis itu murni pengaruh pikiran,” ujarnya.
Sejumlahantisipasi yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghindari gendam antara lain pikiran jangan terlalu fokus pada sesuatu, suka murung dan pikiran kemana-mana. Saat-saat seperti itu, menurut Ag, gendam mudah masuk.
“Pikiran yang terlalu fokus misalnya membaca buku atau bersms denganhandphone. Cara lain untuk menghindarinya, bisa dengan reflek menepuk balik orang tersebut yang dicurigai penggendam,” tandasnya.(Tri)
Dimuat di Koran Merapi Pembaruan Yogyakarta Minggu 3 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment