5/05/2009

Seni Wawancara Radio 2

Judul Buku : Seni Wawancara Radio
Penulis : Jim Beaman
Penerjemah : Christian Evert
Wandy N. Tuturoong
Tahun Terbit : 2002 Cetakan Pertama
Penerbit : Radio 68H, PT. Media Lintas Inti Nusantara
Kota Terbit : Jakarta
Tugas Mata Kuliah
Observasi dan Wawancara
Dosen : A. Darmanto, Spd


Buku ini diawali dengan sejarah wawancara di radio di bagian bab satu. Awalnya wawancara radio dianggap tidak penting. Namun, seiring perkembangan zaman wawancara radio menjadi penting. Dalam ringkasan ini, penulis akan memfokuskan bagaimana wawancara dilakukan. Bagaimana langkah yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah wawancara. Walaupun dalam buku ini mengkhususkan uraian tentang wawancara untuk radio. Tapi pada bab dua, bab enam hingga bab sembilan uraian tentang wawancara dapat diterapkan untuk jurnalisme umum.
Pengertian wawancara dan tujuan wawancara
Wawancara adalah perbincangan yang didasarkan pada partisipasi antara penanya dan orang yang menjawabnya untuk bertanya dan menjawab. Ada pewawancara dan ada narasumber yang saling berinteraksi.
Menurut Jim Beaman, wawancara bertujuan untuk menyampaikan atau memeriksa informasi, memberi pendapat ahli atau umum, menerangkan atau menceritakan suatu tindakan atau keputusan, menggambarkan emosi atau perasaan, atau membuka wawasan ke dalam kepribadian atau sejarah seseorang. (hal 14)
Menurut Jim Beaman, wawancara adalah juga sebuah proses penelitian dari sebuah berita yang terjadi-pengumpulan dan penegasan fakta-fakta dan identitas orang-orang yang terlibat dalam pengungkapan dan pengembangan suatu berita. (hal 15)
Jenis-jenis wawancara
Mengumpulkan informasi. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan fakta-fakta atau penjelasan terhadap suatu masalah. Dalam hal ini termasuk wawancara dengan pakar, juru bicara atau saksi mata.
Mengungkapkan pendapat dan menawarkan penjelasan. Setelah fakta didapat, perlu orang untuk mengartikan dan mengomentari masalah tersebut bagi wartawan dan khalayak. Jenis wawancara ini biasnya digunakan dalam bentuk vox pop(survei pendapat).
Pertanggungjawaban. Tujuan wawancara ini adalah untuk bertanya pada seseorang yang bertanggung-jawab atas pengambilan keputusan dan menjalankan rencana menjelaskan dan mempertahankan alasanya dalam mengambil suatu tindakan.
Emosional atau kepekaan. Misal wawancara dengan orang yang menjadi korban terhadap suatu tragedi atau kejahatan. (hal 18-19)
Sikap pewawancara yang harus dilakukan :
Sadari, terima dan hormati pandangan narasumber.
Kembangkan kemampuan untuk melihat dua sisi argumen.
Ajukan pertanyaan yang relevan dan beri narasumber waktu untuk menjawabnya.
Berikan kesan Anda benar-benar mendengarkan dengan bahasa tubuh secara cerdik, dan ajukkan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban sebekumnya.
Ajukan pertanyaan yang kalimatnya disusun dengan rapi,berdasarkan riset, benar secara faktual dan menyelidiki topik, serta jelajahi pikiran narasumber dengan hati-hati.
Ketahui secukupnya seputar topik wawancara, sehingga mampu mengajukan pertanyaan terdidik dan membuat komentar yang masuk akal.
Pastikan gaya dan jenis pertanyaan pantas untuk menghadapi masalah dan suasan hati narasumber.
Di bawah analisa kritis, wawancara harus terlihat unggul dalam isi editorialnya, nilai produksinya dan kemampuan teknisnya.
Wawancara sebaiknya terasa terlalu cepat selesai,namun mengesankan bahwa permasalahan telah dibahas secara efisien dan tuntas. (hal 28-29).
Tentang Narasumber
Narasumber haruslah orang yang tepat untuk membicarakan permasalahan yang diangkat. Narasumber yang baik adalah yang antusias dan mengetahui permasalahan tanpa obsesif. Peran narasumber adalah untuk menyampaikan pesan dan membangkitkan kesadaran publik, tapi pada saat yang sama menyadari hal-hal apa yang pewawancara butuhkan dari wawancara tersebut. (hal 29)
Sebelum Wawancara
Menurut Jim ada tiga unsur utama Sebelum melakukan wawancara
Persiapan, meliputi : 1)bagaimana profil pendengar radio yang akan menyiarkan wawancara, 2)apa judul wawancara, 3)apa saja yang perlu diketahui pokok bahasan dalam wawancara, 4)mengapa pewawancara mengajukan pertanyaan kepada narasumber, 5)siapakah narasumber yang akan diwawancara.
Pengaturan meliputi : 1)pertimbangan apakah wawancara lebih efektif jika disiarkan secara langsung atau direkam lebih dulu, 2)apa yang dilakukan untuk memperoleh hasil suara yang baik, 3)apakah diperlukan narasumber cadangan.
Komunikasi meliputi: 1)diskusikan wawancara dengan narasumber dalam ruang lingkup yang luas, 2)dengarkan dan perhatikan narasumber berkomunikasi, 3)jangan terlalu menyerang narasumber pada kontak pertama, pastikan narasumber sudah memahami apa yang Anda perlukan.(hal 92-93).
Beberapa hal yang perlu diketahui narasumber sebelum wawancara dilakukan: 1)jelaskan mengapa Anda meminta wawancara dengan mereka, 2)siapa yang akan melakukan wawancara dan untuk acara apa, 3)tentukan bagiamana wawancara dilakukan secara tatap muka atau via telepon, 4)buatlah outline yang menjelaskan tujuan wawancara dan masalah utama ang akan dibahas, 5)jelaskan berapa lama wawancara akan berlangsung.(hal 97-98).
Mengajukan pertanyaan
Buatlah daftar pertanyaan dalam catatan. Buat tiga atau empat pertanyaan kunci, kemudian lanjutkan pertanyaan berdasarkan tanggapan yang diterima dari narasumber. Jangan menuliskan pertanyaan dengan kalimat lengkap, tapi buatlah daftar singkat dengan menuliskan kata kuncinya saja pada memo. Di akhir wawancara mintalah narasumber untuk memberikan kesimpulan sikap dan perasaan narasumber terhadap masalah yang dibahas. Bisa juga mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban pendek, tajam dan tegas(hal 109)
Jenis-jenis pertanyaan :
Pertanyaan terbuka: merupakan pertanyaan yang efektif untuk wawancara. Pertanyaan ini mengundang narasumber untuk memberikan jawaban yang berkembang. Pertanyaan inidimulai dengan, ’apa’, ’siapa’, ’kapan’, ’di mana’, ’bagaimana’, dan ’mengapa’.
Pertanyaan tertutup : pertanyaan yang mengahasilkan jawaban ya atau tidak. Kalau tidak ingin mendapat jawaban satu kata, maka hindari pertanyaan ini.
Pertanyaan gabungan : menggunakan dua kata tanya dalam satu kalimat tanya. Misal apa dan bagaimana.
Pertanyaan ringkasan : mengulang bagian dari jawaban terakhir narasumber sebagai pengantar untuk pertanyaan berikutnya.
Pertanyaan menggali : pertanyaan yang diajukan setelah narasumber memberikan penjelasan dan pendapatnya. Pertanyaan ini biasanya dimulai dengan kata-kata seperti ’Tolong ceritakan lebih banyak tentang...’, ’Bisakah anda jelaskan mengapa...’, dan ’Apa yang Anda pikirkan ketika...’.
Pertanyaan konfrotatif : pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung, tanpa omong kosong. Pada prakteknya, pewawancara meminta narasumber untuk mempertanggunjawabkan tindakan atau keputusannya. Misalnya ’Apakah Anda mengakui bahwa ada kesalahan yang telah dibuat dalam acara dewan yang menangani masalah ini?’.
Pertanyaan hipotesis : pertanyaan yang menggunakan pemisalan kondisi tertentu untuk memberikan tindakan apa yang dilakukan. Cirinya pertanyaan ini menggunkan kata ’jika’, ’ketika’. Misal ’Jika Anda tinggal di perumahan itu, bagaimana reaksi anda terhadap berita tentang tempat pembuangan sampah ini.’
Pertanyaan mengarahkan : misalnya ’Keputusan dewan ini ternyata memang sebuah kesalahan, bukan begitu?’(hal 111-114).
Yang paling penting dipersiapkan sebelum wawancara adalah manajemen waktu. Bagaimana mengatur waktu supaya wawancara dapat berjalan efektif dan efisien. Pastikan memenuhi tenggat waktu yang sudah ditetapkan(hal 94).
Saat Wawancara
Dalam buku ini lebih banyak diulas teknik-teknik dan sikap pewawancara untuk wawancara radio. Jadi hanya beberapa penjelasan saat wawancara yang bisa diterapkan untuk jurnalisme. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah memperkenalkan diri dengan narasumber bila belum kenal. Ingatkan kembali kepada narasumber, pewawancara mewakili siapa dan alasan anda berbicara dengannya serta tujuan wawancara. Mulailah dengan obrolan kecil sambil mempersiapkan alat perekam atau catatan untuk wawancara.
Merekam Wawancara
Letakkan alat perekam di samping atau di depan anda.
Pegang mikropon setinggi dagu, kira-kira 12-15 dan pegang dengan hati-hati untuk menghindari suara masuk lewat tangkai, sambungan atau kabel.
Periksa level suara anda sendiri.
Selama wawancara, periksa apakah meteran suara masih berjalan.
Jangan lupa bahwa anda sedang merekam dan Anda bisa berhenti atau memulainya kembali.
Jangan sampai merekam banyak bahan.
Tanyakan pada narasumber jika masih ada yang ingin disampaikan.
Pada akhir wawancara jangan tergoda untuk memperdengarkan seluruh hasil rekaman kepada narasumber. Mereka pasti ingin mengubahnya. Boleh diperdengarkan beberapa detik terakhir untuk memastikan sudah terekam.
Beri keterangan pada rekaman, dengan rincian, nama narasumber, tanggal dan tempat wawancara. (hal 125-127).
Menangani Narasumber yang Menyulitkan
Dalam buku ini terdapat banyak contoh kasus tentang bagaimana menangani narasumber yang menyulitkan. Kasus yang mungkin sering dialami adalah narasumber bicara panjang lebar terlalu lama dan anda ingin mengajukan pertanyaan lain. Caranya adalah pandangi narasumber, angkat telunjuk anda dan pada saat yang sama buka mulut seakan-akan hendak bicara dan mengambil napas. Narasumber mungkin akan berhenti di tengah kalimat. Bila sudah melenceng jauh dari topik bahasan, coba ajukan pertanyaan yang lain yang dimulai dengan, misalnya ’ Bisakah kita kembali ke awal? Tadi anda bilang bahwa...’.(hal 131)
Buku ini juga menjelaskan bagaimana mewawancari para tokoh, pejabat, keluarga atau teman, penerjemah, dan menghadapi publik. Selain itu diulas tentang teknik wawancara untuk program radio. Seperti dokumenter, feature, klip, wrap, magazine, wawancara bersama penelpon, vox pop, wawancara lewat studio jarak jauh atau satelit, dan wawancara lewat studio mobil.
Seusai Wawancara
Setelah wawancara selesai, cek kembali hasil rekaman wawancara. Hal ini untuk memastikan wawancara benar-benar terekam. Jika tidak anda harus mengulang rekaman wawancara. Bila sudah selesai mengecek, berpamitanlah kepada narasumber. Tak lupa untuk mengucapkan terima kasih dan mintalah nomer telepon dan alamat rumah untuk berjaga-jaga seandainya perlu menghubunginya lagi. Penjelasan dalam bab seusai wawancara ini banyak diuraikan tentang penyuntingan rekaman yang digunakan untuk wawancara radio.
Mengevaluasi Wawancara
Pertama adalah dengarkan seluruhnya dan tulis kesan pertama Anda. Menganalisa siaran wawancara tersebut. Mana bagian yang baik dan mana bagian yang buruk menurut Anda dan pendengar. Kemudian anda perlu melangkah lebih jauh dan menentukan mengapa sebuah wawancara tertentu dianggap baik, dan membandingkannya dengan wawancara yang dianggap buruk. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain :
Cobalah mendengarkan sebanyak mungkin wawancara dari berbagai jenis siaran.
Simaklah baris-baris pertanyaan dan urutan pertanyaan yang mengikutinya.
Perhatikan struktur wawancara dan tentukan apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah terjawab semua.
Perhatikan bagaimana wawancara-wawancara yang paling efektif menggunakan sumber-sumber utamanya.
Oleh:
Nama : Tri Darmiyati
NIM : 27.593
AKADEMI KOMUNIKASI YOGYAKARTA(AKY)
Kompleks PTS, Glendongan, Babarsari, Yogyakarta 55281
Telp/Fax : 0274-485177

No comments: