Masih kusimpan puisi yang kau beri untukku..
Malam itu kau tak henti-hentiya mengirim puisi untukku lewat pesan singkat...
Belum sempat aku balas, kau terus menyerangku dengan puisimu..
Aku memang sedang belajar berpuisi jadi perlu cukup waktu untuk membalasnya...
Kau bercerita dan berfilosofi tentang hidup dan kisah cintamu yang kandas...
Ada pesan tersirat dalam rangkaian puisimu...
Begitu banyak puisi hingga aku, memutuskan menghapus sebagian karena inbox di hp penuh...
Reason, aku ingin pena itu bisa tertawa lagi...bukan berarti aku menggantikannya...
Reason, katamu kau melarangku belajar sastra..karna hanya akan membuat sedih saja...
Reason, aku tak mengerti dengan dirimu...
Reason, baru saja aku terjun untuk belajar puisi kau tiba-tiba menghalangiku,..
Reason, aku tak mau..ini hidupku...jangan kau anggap sama, aku dan kamu...
Reason, sesuai pesanmu aku masih menyimpan puisimu...,tapi tidak aku tulis dalam buku kecil seperti yang kau mau..
Reason, apun yang terjadi puisi-puisimu kan kusimpan dan kelak aku kan mengerti semua seperti katamu...
5/13/2009
KENANGAN DI BERANDA
Bersandar di kursi beranda di antara langit mendung, hembusan angin dan gemuruh hujan...
Kuteringat masa lalu di beranda rumahmu...
Kau bawakan aku secangkir teh hangat...kepulannya pun masih nampak...
Kuminum perlahan teh buatanmu...ehmm tubuhku mulai terasa menghangat...
Kau pun meramalkan hujan kan reda saat senja tiba...
Aku tak percaya tapi aku tetap menanti hujan hingga reda...
Di beranda rumahnya, aku dan dia menikmati hujan sore hingga senja...
Kuteringat masa lalu di beranda rumahmu...
Kau bawakan aku secangkir teh hangat...kepulannya pun masih nampak...
Kuminum perlahan teh buatanmu...ehmm tubuhku mulai terasa menghangat...
Kau pun meramalkan hujan kan reda saat senja tiba...
Aku tak percaya tapi aku tetap menanti hujan hingga reda...
Di beranda rumahnya, aku dan dia menikmati hujan sore hingga senja...
BERLALU MENUJU BARU
Saat mata saling bertemu lalu senyum beradu adalah anugerah yang terindah dalam hidupku...
Ada sesuatu dari caranya menatapku...
Tapi mungkin saja itu semu...,yang membuat aku ragu...
Ah..lebih baik kubiarkan berlalu...
Katamu tatapan mata tak menentu...hatilah yang tau...
Jadi kubiarkan saja berlalu...
Karna aku tlah mengambil langkah maju untuk hidup baru dan semangat baru....
Ada sesuatu dari caranya menatapku...
Tapi mungkin saja itu semu...,yang membuat aku ragu...
Ah..lebih baik kubiarkan berlalu...
Katamu tatapan mata tak menentu...hatilah yang tau...
Jadi kubiarkan saja berlalu...
Karna aku tlah mengambil langkah maju untuk hidup baru dan semangat baru....
STUDI TUR KE KORAN SINDO DAN
Hari Kamis tanggal 22 November 2007 Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY) mengadakan kunjungan ke Semarang. Kunjungan yang diikuti oleh para mahasiswa dan dosen serta segenap karyawan diadakan dalam rangka studi tur ke kantor dan percetakan Koran Sindo dan Radio Jaringan Trijaya FM di Semarang. Studi tur ini merupakan salah satu kegiatan belajar mahasiswa yang dilakukan di luar lingkungan kampus. Karena mempelajari sesuatu dengan melihat secara langsung akan lebih menarik dan mudah untuk memahaminya. Sehingga dengan adanya studi tur ini diharapkan mampu menambah pengetahuan khususnya dalam bidang komunikasi dan jurnalistik.
Para peserta studi tur yang jumlahnya kurang lebih 40 orang diberangkatkan menggunakan satu buah bus pada pukul 07.30 wib, terlambat setengah jam dari pemberangkatan yang sudah dijadwalkan. Para peserta terlihat menikmati perjalanan tersebut. Beberapa mahasiswa saling bercerita dan bersenda gurau. Tak ketinggalan pula para dosen dengan topik pembicaraan yang mereka diskusikan atau bicarakan
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam, bus yang membawa peserta studi tur AKY memasuki kawasan Kota Semarang. Kota Semarang yang terkenal dengan julukan kota atlas merupakan kota industri. Karena banyak industri dan pabrik didirikan di kota ini. Bahkan kota ini mempunyai kawasan khusus untuk area indutri yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan wisata industri. Kantor percetakan Koran Sindo yang ada di Semarang yang dikunjungi berada di kawasan wisata industri tersebut.
Tiba di kantor dan percetakan Koran Sindo, para peserta studi tur Koran Sindo dari AKY disambut oleh pihak-pihak dari Koran Sindo. Kemudian kami dibawa ke dalam sebuah ruangan kosong. Kantor dan percetakan Koran Sindo di Semarang ini masih baru karena baru didirikan di Semarang jadi masih ada beberapa ruangan yang kosong dan belum ada perlengkapan lainnya. Seperti ruangan tempat menerima para pengunjung. Pihak Koran Sindo senang dengan kedatangan kami. Sebab kami adalah pengunjung pertama.
Sebelum berkeliling melihat-lihat di kantor Koran Sindo, pihak-pihak Koran Sindo memperkenalkan diri kepada kami. Ada pemimpin Koran Sindo biro Jateng dan DIY, ada manajer bagian produksi, redaksi, keuangan, pemasaran, periklanan, editing dan lain-lain. Kami diberitahu tentang sejarah berdirinya Koran Sindo.
Koran Seputar Indonesia terbit perdana, pada 30 Juni 2005. Dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub-sidiary dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, TPI, Global TV dan Trijaya Network.
Sebagai surat kabar baru, Koran Seputar Indonesia ditujukan untuk memudahkan sekaligus memenuhi kebutuhan pembaca dalam satu keluarga. Pada saat sang Bapak memilih news, sang Ibu bisa leluasa membaca lifestyle, sedangkan si Anak bebas membaca sport. Atau sang Bapak bisa membawa news ke kantor dengan meninggalkan lifestyle untuk dibaca Ibu di rumah, sementara si Anak memasukkan sport ke dalam tas untuk dibaca dalam perjalanan. Pendeknya, mereka bisa bertukar section tanpa harus mengganggu keasyikan masing-masing.
Hal ini sesuai dengan slogan Koran Sindo yang berbunyi “Satu Koran Segala Berita”. Sehingga cukup satu koran untuk satu keluarga.
Karena kami adalah mahasiswa jurusan jurnalistik, maka kami diberi penjelasan-penjelasan bagaimana mencari berita, menggolah berita dan proses pencetakannya. Kami juga diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab dengan pihak Koran Sindo.
Setelah penjelasan panjang lebar diberikan, kami diajak untuk berkeliling melihat proses pencetakan Koran Sindo. Mulai dari pembuatan layout koran dalam bentuk mika film, pembuatan plat film untuk mencetak, hingga proses mencetak Koran menggunakan mesin-mesin pencetak yang besar.
Selesai berkeliling melihat proses pencetakkan Koran Sindo, kami para rombongan studi tur dari AKY akan melanjutkan kunjungan ke Radio Jaringan Trijaya FM di Semarang. Tak lupa para dosen, mahasiswa dan segenap karyawan berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada pihak Koran Sindo. Pihak AKY memberikan cinderamata kepada Koran Sindo sebagai tanda mata. Kemudian kami seluruh peserta studi tur berfoto bersama dengan pihak Koran Sindo di depan kantor percetakan.
Kami seluruh peserta studi tur melanjutkan kunjungan berikutnya ke Radio Jaringan Trijaya FM Semarang menggunakan bus. Lokasi Radio Trijaya FM tidak terletak di dalam kawasan wisata industri di Semarang. Lokasi Radio Trijaya FM terletak di Jl. Kawi V No 1 Candi Baru Semarang. Karena Radio Trijaya FM dan Koran Sindo tergabung dalam PT. Media Nusantara Citra (MNC), kami para rombongan studi tur diantar ke lokasi Radio Trijaya FM oleh pihak dari Koran Sindo.
Penjelasan mengenai Radio Jaringan Trijaya FM kami dapatkan ketika berada di Koran Sindo. Penjelasan tentang profil Radio Trijaya FM, bagaimana proses penyiarannya, pencarian berita dan hal-hal lain yang berkaitan dengan radio.
Network Radio Trijaya FM berada di berada di berbagai kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Manado dan Palembang. Dalam hal peliputan Radio Trijaya FM memiliki jaringan koresponden dan inhaouse reporter yang dipersiapkan dari lokal, regional dan intrnasional dibutuhkan semua sesuai porsi kebutuhan para “ Profesional Muda “ sapaan pendengar Radio Trijaya FM.
Sampai di lokasi Radio Trijaya FM kami langsung berkeliling melihat ruangan-ruangan dan peralatan yang digunakan dalam penyiaran radio. Melihat ruang siaran yang penuh dengan peralatan yang sudah menggunakan teknologi komputerisasi. Ruang siaran radio di sini terbagi menjdi dua yaitu, ruang siaran Radioo Trijaya FM dan ruang siaran Radio Dangdut TPI. Di sana kami juga diberi kesempatan untuk bertanya langsung dengan para karyawan yang sedang bekerja.
Setelah puas berkeliling melihat bagaimana proses penyiaran radio, kami para peserta studi tur, para dosen dan segenap karyawan mengucapkan terima kasih dan berpamitan. Tak lupa kami dari AKY memberikan tanda mata berupa cinderamata kepada Radio Trijaya FM Semarang dan melakukan foto bersama.
Itulah sedikit gambaran dan penjelasan kunjungan ke Kantor Percetakan Koran Sindo dan Radio Jaringan Trijaya FM. Dengan adanya kunjungan ini pengetahuan para mahasiswa tentang komunikasi khususnya bidang jurnalistik semakin bertambah.
5/05/2009
Mengenang Tuk Melupakan
Hapus memori itu tak semudah dibayangkan
Bagai hancur di siang malam, mendera batin..
Malam ini bayang itu hadir kembali..
Aku memang suka bayangan itu..
Tapi aku tak ingin bayangan itu menggelapkan hatiku..
Malam ini akan kutikam bayang itu dengan kegelapan, lalu ia hilang ditelan malam
Berharap suatu saat ada secercah cahaya kan datang,
Tapi kapan...,hanya waktu yang kan menjawabnya...
Malam ini malam terakhir aku mengenangnya tuk melupakannya...
Jogja/ 7/11/09
Bagai hancur di siang malam, mendera batin..
Malam ini bayang itu hadir kembali..
Aku memang suka bayangan itu..
Tapi aku tak ingin bayangan itu menggelapkan hatiku..
Malam ini akan kutikam bayang itu dengan kegelapan, lalu ia hilang ditelan malam
Berharap suatu saat ada secercah cahaya kan datang,
Tapi kapan...,hanya waktu yang kan menjawabnya...
Malam ini malam terakhir aku mengenangnya tuk melupakannya...
Jogja/ 7/11/09
SEPI ITU....
Sepi itu tenang..
Sepi itu membuat sesuatu yang terdengar samar menjadi jelas..
Sepi itu kadang membosankan..
Tapi sepi juga membuat menakutkan...
Sepi itu membuat hati lebih peka...
Sepi itu juga kadang merindukan...
Sepi itu membuat sesuatu yang terdengar samar menjadi jelas..
Sepi itu kadang membosankan..
Tapi sepi juga membuat menakutkan...
Sepi itu membuat hati lebih peka...
Sepi itu juga kadang merindukan...
NANO NANO HIDUP
Kehidupan manusia ada rasa manis, asem , asin dan pahit
Selalu begitu ..
Terkadang manis dan kan dikenang
Terkadang asem dan membuat kesal tapi mendebarkan
Terkadang asin dan membuat hidup berkejut
Terkadang pahit dan pasti ingin dilupakan
Manis hidupku kuletakan dalam toples kaca bening yang selalu terbuka
Asem hidupku akan kucampur dengan sedikit manis hidup dan kuletakkan di toples setengah terbuka
Asin hidupku akan kutambahkan dalam manis hidupku
Pahit hidupku akan kuletakan dalam toples tertutup
Yah hidup memang selalu dipenuhi dengan manis, asem, asin dan pahit
Mereka datang silih berganti, terkadang datangnya bersamaan
Nano Nano kehidupan, rame rasanya...
Selalu begitu ..
Terkadang manis dan kan dikenang
Terkadang asem dan membuat kesal tapi mendebarkan
Terkadang asin dan membuat hidup berkejut
Terkadang pahit dan pasti ingin dilupakan
Manis hidupku kuletakan dalam toples kaca bening yang selalu terbuka
Asem hidupku akan kucampur dengan sedikit manis hidup dan kuletakkan di toples setengah terbuka
Asin hidupku akan kutambahkan dalam manis hidupku
Pahit hidupku akan kuletakan dalam toples tertutup
Yah hidup memang selalu dipenuhi dengan manis, asem, asin dan pahit
Mereka datang silih berganti, terkadang datangnya bersamaan
Nano Nano kehidupan, rame rasanya...
NANO NANO HIDUP
Kehidupan manusia ada rasa manis, asem , asin dan pahit
Selalu begitu ..
Terkadang manis dan kan dikenang
Terkadang asem dan membuat kesal tapi mendebarkan
Terkadang asin dan membuat hidup berkejut
Terkadang pahit dan pasti ingin dilupakan
Manis hidupku kuletakan dalam toples kaca bening yang selalu terbuka
Asem hidupku akan kucampur dengan sedikit manis hidup dan kuletakkan di toples setengah terbuka
Asin hidupku akan kutambahkan dalam manis hidupku
Pahit hidupku akan kuletakan dalam toples tertutup
Yah hidup memang selalu dipenuhi dengan manis, asem, asin dan pahit
Mereka datang silih berganti, terkadang datangnya bersamaan
Nano Nano kehidupan, rame rasanya...
Selalu begitu ..
Terkadang manis dan kan dikenang
Terkadang asem dan membuat kesal tapi mendebarkan
Terkadang asin dan membuat hidup berkejut
Terkadang pahit dan pasti ingin dilupakan
Manis hidupku kuletakan dalam toples kaca bening yang selalu terbuka
Asem hidupku akan kucampur dengan sedikit manis hidup dan kuletakkan di toples setengah terbuka
Asin hidupku akan kutambahkan dalam manis hidupku
Pahit hidupku akan kuletakan dalam toples tertutup
Yah hidup memang selalu dipenuhi dengan manis, asem, asin dan pahit
Mereka datang silih berganti, terkadang datangnya bersamaan
Nano Nano kehidupan, rame rasanya...
Seni Wawancara Radio 2
Judul Buku : Seni Wawancara Radio
Penulis : Jim Beaman
Penerjemah : Christian Evert
Wandy N. Tuturoong
Tahun Terbit : 2002 Cetakan Pertama
Penerbit : Radio 68H, PT. Media Lintas Inti Nusantara
Kota Terbit : Jakarta
Tugas Mata Kuliah
Observasi dan Wawancara
Dosen : A. Darmanto, Spd
Buku ini diawali dengan sejarah wawancara di radio di bagian bab satu. Awalnya wawancara radio dianggap tidak penting. Namun, seiring perkembangan zaman wawancara radio menjadi penting. Dalam ringkasan ini, penulis akan memfokuskan bagaimana wawancara dilakukan. Bagaimana langkah yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah wawancara. Walaupun dalam buku ini mengkhususkan uraian tentang wawancara untuk radio. Tapi pada bab dua, bab enam hingga bab sembilan uraian tentang wawancara dapat diterapkan untuk jurnalisme umum.
Pengertian wawancara dan tujuan wawancara
Wawancara adalah perbincangan yang didasarkan pada partisipasi antara penanya dan orang yang menjawabnya untuk bertanya dan menjawab. Ada pewawancara dan ada narasumber yang saling berinteraksi.
Menurut Jim Beaman, wawancara bertujuan untuk menyampaikan atau memeriksa informasi, memberi pendapat ahli atau umum, menerangkan atau menceritakan suatu tindakan atau keputusan, menggambarkan emosi atau perasaan, atau membuka wawasan ke dalam kepribadian atau sejarah seseorang. (hal 14)
Menurut Jim Beaman, wawancara adalah juga sebuah proses penelitian dari sebuah berita yang terjadi-pengumpulan dan penegasan fakta-fakta dan identitas orang-orang yang terlibat dalam pengungkapan dan pengembangan suatu berita. (hal 15)
Jenis-jenis wawancara
Mengumpulkan informasi. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan fakta-fakta atau penjelasan terhadap suatu masalah. Dalam hal ini termasuk wawancara dengan pakar, juru bicara atau saksi mata.
Mengungkapkan pendapat dan menawarkan penjelasan. Setelah fakta didapat, perlu orang untuk mengartikan dan mengomentari masalah tersebut bagi wartawan dan khalayak. Jenis wawancara ini biasnya digunakan dalam bentuk vox pop(survei pendapat).
Pertanggungjawaban. Tujuan wawancara ini adalah untuk bertanya pada seseorang yang bertanggung-jawab atas pengambilan keputusan dan menjalankan rencana menjelaskan dan mempertahankan alasanya dalam mengambil suatu tindakan.
Emosional atau kepekaan. Misal wawancara dengan orang yang menjadi korban terhadap suatu tragedi atau kejahatan. (hal 18-19)
Sikap pewawancara yang harus dilakukan :
Sadari, terima dan hormati pandangan narasumber.
Kembangkan kemampuan untuk melihat dua sisi argumen.
Ajukan pertanyaan yang relevan dan beri narasumber waktu untuk menjawabnya.
Berikan kesan Anda benar-benar mendengarkan dengan bahasa tubuh secara cerdik, dan ajukkan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban sebekumnya.
Ajukan pertanyaan yang kalimatnya disusun dengan rapi,berdasarkan riset, benar secara faktual dan menyelidiki topik, serta jelajahi pikiran narasumber dengan hati-hati.
Ketahui secukupnya seputar topik wawancara, sehingga mampu mengajukan pertanyaan terdidik dan membuat komentar yang masuk akal.
Pastikan gaya dan jenis pertanyaan pantas untuk menghadapi masalah dan suasan hati narasumber.
Di bawah analisa kritis, wawancara harus terlihat unggul dalam isi editorialnya, nilai produksinya dan kemampuan teknisnya.
Wawancara sebaiknya terasa terlalu cepat selesai,namun mengesankan bahwa permasalahan telah dibahas secara efisien dan tuntas. (hal 28-29).
Tentang Narasumber
Narasumber haruslah orang yang tepat untuk membicarakan permasalahan yang diangkat. Narasumber yang baik adalah yang antusias dan mengetahui permasalahan tanpa obsesif. Peran narasumber adalah untuk menyampaikan pesan dan membangkitkan kesadaran publik, tapi pada saat yang sama menyadari hal-hal apa yang pewawancara butuhkan dari wawancara tersebut. (hal 29)
Sebelum Wawancara
Menurut Jim ada tiga unsur utama Sebelum melakukan wawancara
Persiapan, meliputi : 1)bagaimana profil pendengar radio yang akan menyiarkan wawancara, 2)apa judul wawancara, 3)apa saja yang perlu diketahui pokok bahasan dalam wawancara, 4)mengapa pewawancara mengajukan pertanyaan kepada narasumber, 5)siapakah narasumber yang akan diwawancara.
Pengaturan meliputi : 1)pertimbangan apakah wawancara lebih efektif jika disiarkan secara langsung atau direkam lebih dulu, 2)apa yang dilakukan untuk memperoleh hasil suara yang baik, 3)apakah diperlukan narasumber cadangan.
Komunikasi meliputi: 1)diskusikan wawancara dengan narasumber dalam ruang lingkup yang luas, 2)dengarkan dan perhatikan narasumber berkomunikasi, 3)jangan terlalu menyerang narasumber pada kontak pertama, pastikan narasumber sudah memahami apa yang Anda perlukan.(hal 92-93).
Beberapa hal yang perlu diketahui narasumber sebelum wawancara dilakukan: 1)jelaskan mengapa Anda meminta wawancara dengan mereka, 2)siapa yang akan melakukan wawancara dan untuk acara apa, 3)tentukan bagiamana wawancara dilakukan secara tatap muka atau via telepon, 4)buatlah outline yang menjelaskan tujuan wawancara dan masalah utama ang akan dibahas, 5)jelaskan berapa lama wawancara akan berlangsung.(hal 97-98).
Mengajukan pertanyaan
Buatlah daftar pertanyaan dalam catatan. Buat tiga atau empat pertanyaan kunci, kemudian lanjutkan pertanyaan berdasarkan tanggapan yang diterima dari narasumber. Jangan menuliskan pertanyaan dengan kalimat lengkap, tapi buatlah daftar singkat dengan menuliskan kata kuncinya saja pada memo. Di akhir wawancara mintalah narasumber untuk memberikan kesimpulan sikap dan perasaan narasumber terhadap masalah yang dibahas. Bisa juga mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban pendek, tajam dan tegas(hal 109)
Jenis-jenis pertanyaan :
Pertanyaan terbuka: merupakan pertanyaan yang efektif untuk wawancara. Pertanyaan ini mengundang narasumber untuk memberikan jawaban yang berkembang. Pertanyaan inidimulai dengan, ’apa’, ’siapa’, ’kapan’, ’di mana’, ’bagaimana’, dan ’mengapa’.
Pertanyaan tertutup : pertanyaan yang mengahasilkan jawaban ya atau tidak. Kalau tidak ingin mendapat jawaban satu kata, maka hindari pertanyaan ini.
Pertanyaan gabungan : menggunakan dua kata tanya dalam satu kalimat tanya. Misal apa dan bagaimana.
Pertanyaan ringkasan : mengulang bagian dari jawaban terakhir narasumber sebagai pengantar untuk pertanyaan berikutnya.
Pertanyaan menggali : pertanyaan yang diajukan setelah narasumber memberikan penjelasan dan pendapatnya. Pertanyaan ini biasanya dimulai dengan kata-kata seperti ’Tolong ceritakan lebih banyak tentang...’, ’Bisakah anda jelaskan mengapa...’, dan ’Apa yang Anda pikirkan ketika...’.
Pertanyaan konfrotatif : pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung, tanpa omong kosong. Pada prakteknya, pewawancara meminta narasumber untuk mempertanggunjawabkan tindakan atau keputusannya. Misalnya ’Apakah Anda mengakui bahwa ada kesalahan yang telah dibuat dalam acara dewan yang menangani masalah ini?’.
Pertanyaan hipotesis : pertanyaan yang menggunakan pemisalan kondisi tertentu untuk memberikan tindakan apa yang dilakukan. Cirinya pertanyaan ini menggunkan kata ’jika’, ’ketika’. Misal ’Jika Anda tinggal di perumahan itu, bagaimana reaksi anda terhadap berita tentang tempat pembuangan sampah ini.’
Pertanyaan mengarahkan : misalnya ’Keputusan dewan ini ternyata memang sebuah kesalahan, bukan begitu?’(hal 111-114).
Yang paling penting dipersiapkan sebelum wawancara adalah manajemen waktu. Bagaimana mengatur waktu supaya wawancara dapat berjalan efektif dan efisien. Pastikan memenuhi tenggat waktu yang sudah ditetapkan(hal 94).
Saat Wawancara
Dalam buku ini lebih banyak diulas teknik-teknik dan sikap pewawancara untuk wawancara radio. Jadi hanya beberapa penjelasan saat wawancara yang bisa diterapkan untuk jurnalisme. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah memperkenalkan diri dengan narasumber bila belum kenal. Ingatkan kembali kepada narasumber, pewawancara mewakili siapa dan alasan anda berbicara dengannya serta tujuan wawancara. Mulailah dengan obrolan kecil sambil mempersiapkan alat perekam atau catatan untuk wawancara.
Merekam Wawancara
Letakkan alat perekam di samping atau di depan anda.
Pegang mikropon setinggi dagu, kira-kira 12-15 dan pegang dengan hati-hati untuk menghindari suara masuk lewat tangkai, sambungan atau kabel.
Periksa level suara anda sendiri.
Selama wawancara, periksa apakah meteran suara masih berjalan.
Jangan lupa bahwa anda sedang merekam dan Anda bisa berhenti atau memulainya kembali.
Jangan sampai merekam banyak bahan.
Tanyakan pada narasumber jika masih ada yang ingin disampaikan.
Pada akhir wawancara jangan tergoda untuk memperdengarkan seluruh hasil rekaman kepada narasumber. Mereka pasti ingin mengubahnya. Boleh diperdengarkan beberapa detik terakhir untuk memastikan sudah terekam.
Beri keterangan pada rekaman, dengan rincian, nama narasumber, tanggal dan tempat wawancara. (hal 125-127).
Menangani Narasumber yang Menyulitkan
Dalam buku ini terdapat banyak contoh kasus tentang bagaimana menangani narasumber yang menyulitkan. Kasus yang mungkin sering dialami adalah narasumber bicara panjang lebar terlalu lama dan anda ingin mengajukan pertanyaan lain. Caranya adalah pandangi narasumber, angkat telunjuk anda dan pada saat yang sama buka mulut seakan-akan hendak bicara dan mengambil napas. Narasumber mungkin akan berhenti di tengah kalimat. Bila sudah melenceng jauh dari topik bahasan, coba ajukan pertanyaan yang lain yang dimulai dengan, misalnya ’ Bisakah kita kembali ke awal? Tadi anda bilang bahwa...’.(hal 131)
Buku ini juga menjelaskan bagaimana mewawancari para tokoh, pejabat, keluarga atau teman, penerjemah, dan menghadapi publik. Selain itu diulas tentang teknik wawancara untuk program radio. Seperti dokumenter, feature, klip, wrap, magazine, wawancara bersama penelpon, vox pop, wawancara lewat studio jarak jauh atau satelit, dan wawancara lewat studio mobil.
Seusai Wawancara
Setelah wawancara selesai, cek kembali hasil rekaman wawancara. Hal ini untuk memastikan wawancara benar-benar terekam. Jika tidak anda harus mengulang rekaman wawancara. Bila sudah selesai mengecek, berpamitanlah kepada narasumber. Tak lupa untuk mengucapkan terima kasih dan mintalah nomer telepon dan alamat rumah untuk berjaga-jaga seandainya perlu menghubunginya lagi. Penjelasan dalam bab seusai wawancara ini banyak diuraikan tentang penyuntingan rekaman yang digunakan untuk wawancara radio.
Mengevaluasi Wawancara
Pertama adalah dengarkan seluruhnya dan tulis kesan pertama Anda. Menganalisa siaran wawancara tersebut. Mana bagian yang baik dan mana bagian yang buruk menurut Anda dan pendengar. Kemudian anda perlu melangkah lebih jauh dan menentukan mengapa sebuah wawancara tertentu dianggap baik, dan membandingkannya dengan wawancara yang dianggap buruk. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain :
Cobalah mendengarkan sebanyak mungkin wawancara dari berbagai jenis siaran.
Simaklah baris-baris pertanyaan dan urutan pertanyaan yang mengikutinya.
Perhatikan struktur wawancara dan tentukan apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah terjawab semua.
Perhatikan bagaimana wawancara-wawancara yang paling efektif menggunakan sumber-sumber utamanya.
Oleh:
Nama : Tri Darmiyati
NIM : 27.593
AKADEMI KOMUNIKASI YOGYAKARTA(AKY)
Kompleks PTS, Glendongan, Babarsari, Yogyakarta 55281
Telp/Fax : 0274-485177
Penulis : Jim Beaman
Penerjemah : Christian Evert
Wandy N. Tuturoong
Tahun Terbit : 2002 Cetakan Pertama
Penerbit : Radio 68H, PT. Media Lintas Inti Nusantara
Kota Terbit : Jakarta
Tugas Mata Kuliah
Observasi dan Wawancara
Dosen : A. Darmanto, Spd
Buku ini diawali dengan sejarah wawancara di radio di bagian bab satu. Awalnya wawancara radio dianggap tidak penting. Namun, seiring perkembangan zaman wawancara radio menjadi penting. Dalam ringkasan ini, penulis akan memfokuskan bagaimana wawancara dilakukan. Bagaimana langkah yang dilakukan sebelum, saat dan sesudah wawancara. Walaupun dalam buku ini mengkhususkan uraian tentang wawancara untuk radio. Tapi pada bab dua, bab enam hingga bab sembilan uraian tentang wawancara dapat diterapkan untuk jurnalisme umum.
Pengertian wawancara dan tujuan wawancara
Wawancara adalah perbincangan yang didasarkan pada partisipasi antara penanya dan orang yang menjawabnya untuk bertanya dan menjawab. Ada pewawancara dan ada narasumber yang saling berinteraksi.
Menurut Jim Beaman, wawancara bertujuan untuk menyampaikan atau memeriksa informasi, memberi pendapat ahli atau umum, menerangkan atau menceritakan suatu tindakan atau keputusan, menggambarkan emosi atau perasaan, atau membuka wawasan ke dalam kepribadian atau sejarah seseorang. (hal 14)
Menurut Jim Beaman, wawancara adalah juga sebuah proses penelitian dari sebuah berita yang terjadi-pengumpulan dan penegasan fakta-fakta dan identitas orang-orang yang terlibat dalam pengungkapan dan pengembangan suatu berita. (hal 15)
Jenis-jenis wawancara
Mengumpulkan informasi. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan fakta-fakta atau penjelasan terhadap suatu masalah. Dalam hal ini termasuk wawancara dengan pakar, juru bicara atau saksi mata.
Mengungkapkan pendapat dan menawarkan penjelasan. Setelah fakta didapat, perlu orang untuk mengartikan dan mengomentari masalah tersebut bagi wartawan dan khalayak. Jenis wawancara ini biasnya digunakan dalam bentuk vox pop(survei pendapat).
Pertanggungjawaban. Tujuan wawancara ini adalah untuk bertanya pada seseorang yang bertanggung-jawab atas pengambilan keputusan dan menjalankan rencana menjelaskan dan mempertahankan alasanya dalam mengambil suatu tindakan.
Emosional atau kepekaan. Misal wawancara dengan orang yang menjadi korban terhadap suatu tragedi atau kejahatan. (hal 18-19)
Sikap pewawancara yang harus dilakukan :
Sadari, terima dan hormati pandangan narasumber.
Kembangkan kemampuan untuk melihat dua sisi argumen.
Ajukan pertanyaan yang relevan dan beri narasumber waktu untuk menjawabnya.
Berikan kesan Anda benar-benar mendengarkan dengan bahasa tubuh secara cerdik, dan ajukkan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban sebekumnya.
Ajukan pertanyaan yang kalimatnya disusun dengan rapi,berdasarkan riset, benar secara faktual dan menyelidiki topik, serta jelajahi pikiran narasumber dengan hati-hati.
Ketahui secukupnya seputar topik wawancara, sehingga mampu mengajukan pertanyaan terdidik dan membuat komentar yang masuk akal.
Pastikan gaya dan jenis pertanyaan pantas untuk menghadapi masalah dan suasan hati narasumber.
Di bawah analisa kritis, wawancara harus terlihat unggul dalam isi editorialnya, nilai produksinya dan kemampuan teknisnya.
Wawancara sebaiknya terasa terlalu cepat selesai,namun mengesankan bahwa permasalahan telah dibahas secara efisien dan tuntas. (hal 28-29).
Tentang Narasumber
Narasumber haruslah orang yang tepat untuk membicarakan permasalahan yang diangkat. Narasumber yang baik adalah yang antusias dan mengetahui permasalahan tanpa obsesif. Peran narasumber adalah untuk menyampaikan pesan dan membangkitkan kesadaran publik, tapi pada saat yang sama menyadari hal-hal apa yang pewawancara butuhkan dari wawancara tersebut. (hal 29)
Sebelum Wawancara
Menurut Jim ada tiga unsur utama Sebelum melakukan wawancara
Persiapan, meliputi : 1)bagaimana profil pendengar radio yang akan menyiarkan wawancara, 2)apa judul wawancara, 3)apa saja yang perlu diketahui pokok bahasan dalam wawancara, 4)mengapa pewawancara mengajukan pertanyaan kepada narasumber, 5)siapakah narasumber yang akan diwawancara.
Pengaturan meliputi : 1)pertimbangan apakah wawancara lebih efektif jika disiarkan secara langsung atau direkam lebih dulu, 2)apa yang dilakukan untuk memperoleh hasil suara yang baik, 3)apakah diperlukan narasumber cadangan.
Komunikasi meliputi: 1)diskusikan wawancara dengan narasumber dalam ruang lingkup yang luas, 2)dengarkan dan perhatikan narasumber berkomunikasi, 3)jangan terlalu menyerang narasumber pada kontak pertama, pastikan narasumber sudah memahami apa yang Anda perlukan.(hal 92-93).
Beberapa hal yang perlu diketahui narasumber sebelum wawancara dilakukan: 1)jelaskan mengapa Anda meminta wawancara dengan mereka, 2)siapa yang akan melakukan wawancara dan untuk acara apa, 3)tentukan bagiamana wawancara dilakukan secara tatap muka atau via telepon, 4)buatlah outline yang menjelaskan tujuan wawancara dan masalah utama ang akan dibahas, 5)jelaskan berapa lama wawancara akan berlangsung.(hal 97-98).
Mengajukan pertanyaan
Buatlah daftar pertanyaan dalam catatan. Buat tiga atau empat pertanyaan kunci, kemudian lanjutkan pertanyaan berdasarkan tanggapan yang diterima dari narasumber. Jangan menuliskan pertanyaan dengan kalimat lengkap, tapi buatlah daftar singkat dengan menuliskan kata kuncinya saja pada memo. Di akhir wawancara mintalah narasumber untuk memberikan kesimpulan sikap dan perasaan narasumber terhadap masalah yang dibahas. Bisa juga mengajukan pertanyaan yang menuntut jawaban pendek, tajam dan tegas(hal 109)
Jenis-jenis pertanyaan :
Pertanyaan terbuka: merupakan pertanyaan yang efektif untuk wawancara. Pertanyaan ini mengundang narasumber untuk memberikan jawaban yang berkembang. Pertanyaan inidimulai dengan, ’apa’, ’siapa’, ’kapan’, ’di mana’, ’bagaimana’, dan ’mengapa’.
Pertanyaan tertutup : pertanyaan yang mengahasilkan jawaban ya atau tidak. Kalau tidak ingin mendapat jawaban satu kata, maka hindari pertanyaan ini.
Pertanyaan gabungan : menggunakan dua kata tanya dalam satu kalimat tanya. Misal apa dan bagaimana.
Pertanyaan ringkasan : mengulang bagian dari jawaban terakhir narasumber sebagai pengantar untuk pertanyaan berikutnya.
Pertanyaan menggali : pertanyaan yang diajukan setelah narasumber memberikan penjelasan dan pendapatnya. Pertanyaan ini biasanya dimulai dengan kata-kata seperti ’Tolong ceritakan lebih banyak tentang...’, ’Bisakah anda jelaskan mengapa...’, dan ’Apa yang Anda pikirkan ketika...’.
Pertanyaan konfrotatif : pertanyaan yang membutuhkan jawaban langsung, tanpa omong kosong. Pada prakteknya, pewawancara meminta narasumber untuk mempertanggunjawabkan tindakan atau keputusannya. Misalnya ’Apakah Anda mengakui bahwa ada kesalahan yang telah dibuat dalam acara dewan yang menangani masalah ini?’.
Pertanyaan hipotesis : pertanyaan yang menggunakan pemisalan kondisi tertentu untuk memberikan tindakan apa yang dilakukan. Cirinya pertanyaan ini menggunkan kata ’jika’, ’ketika’. Misal ’Jika Anda tinggal di perumahan itu, bagaimana reaksi anda terhadap berita tentang tempat pembuangan sampah ini.’
Pertanyaan mengarahkan : misalnya ’Keputusan dewan ini ternyata memang sebuah kesalahan, bukan begitu?’(hal 111-114).
Yang paling penting dipersiapkan sebelum wawancara adalah manajemen waktu. Bagaimana mengatur waktu supaya wawancara dapat berjalan efektif dan efisien. Pastikan memenuhi tenggat waktu yang sudah ditetapkan(hal 94).
Saat Wawancara
Dalam buku ini lebih banyak diulas teknik-teknik dan sikap pewawancara untuk wawancara radio. Jadi hanya beberapa penjelasan saat wawancara yang bisa diterapkan untuk jurnalisme. Tindakan yang pertama kali dilakukan adalah memperkenalkan diri dengan narasumber bila belum kenal. Ingatkan kembali kepada narasumber, pewawancara mewakili siapa dan alasan anda berbicara dengannya serta tujuan wawancara. Mulailah dengan obrolan kecil sambil mempersiapkan alat perekam atau catatan untuk wawancara.
Merekam Wawancara
Letakkan alat perekam di samping atau di depan anda.
Pegang mikropon setinggi dagu, kira-kira 12-15 dan pegang dengan hati-hati untuk menghindari suara masuk lewat tangkai, sambungan atau kabel.
Periksa level suara anda sendiri.
Selama wawancara, periksa apakah meteran suara masih berjalan.
Jangan lupa bahwa anda sedang merekam dan Anda bisa berhenti atau memulainya kembali.
Jangan sampai merekam banyak bahan.
Tanyakan pada narasumber jika masih ada yang ingin disampaikan.
Pada akhir wawancara jangan tergoda untuk memperdengarkan seluruh hasil rekaman kepada narasumber. Mereka pasti ingin mengubahnya. Boleh diperdengarkan beberapa detik terakhir untuk memastikan sudah terekam.
Beri keterangan pada rekaman, dengan rincian, nama narasumber, tanggal dan tempat wawancara. (hal 125-127).
Menangani Narasumber yang Menyulitkan
Dalam buku ini terdapat banyak contoh kasus tentang bagaimana menangani narasumber yang menyulitkan. Kasus yang mungkin sering dialami adalah narasumber bicara panjang lebar terlalu lama dan anda ingin mengajukan pertanyaan lain. Caranya adalah pandangi narasumber, angkat telunjuk anda dan pada saat yang sama buka mulut seakan-akan hendak bicara dan mengambil napas. Narasumber mungkin akan berhenti di tengah kalimat. Bila sudah melenceng jauh dari topik bahasan, coba ajukan pertanyaan yang lain yang dimulai dengan, misalnya ’ Bisakah kita kembali ke awal? Tadi anda bilang bahwa...’.(hal 131)
Buku ini juga menjelaskan bagaimana mewawancari para tokoh, pejabat, keluarga atau teman, penerjemah, dan menghadapi publik. Selain itu diulas tentang teknik wawancara untuk program radio. Seperti dokumenter, feature, klip, wrap, magazine, wawancara bersama penelpon, vox pop, wawancara lewat studio jarak jauh atau satelit, dan wawancara lewat studio mobil.
Seusai Wawancara
Setelah wawancara selesai, cek kembali hasil rekaman wawancara. Hal ini untuk memastikan wawancara benar-benar terekam. Jika tidak anda harus mengulang rekaman wawancara. Bila sudah selesai mengecek, berpamitanlah kepada narasumber. Tak lupa untuk mengucapkan terima kasih dan mintalah nomer telepon dan alamat rumah untuk berjaga-jaga seandainya perlu menghubunginya lagi. Penjelasan dalam bab seusai wawancara ini banyak diuraikan tentang penyuntingan rekaman yang digunakan untuk wawancara radio.
Mengevaluasi Wawancara
Pertama adalah dengarkan seluruhnya dan tulis kesan pertama Anda. Menganalisa siaran wawancara tersebut. Mana bagian yang baik dan mana bagian yang buruk menurut Anda dan pendengar. Kemudian anda perlu melangkah lebih jauh dan menentukan mengapa sebuah wawancara tertentu dianggap baik, dan membandingkannya dengan wawancara yang dianggap buruk. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain :
Cobalah mendengarkan sebanyak mungkin wawancara dari berbagai jenis siaran.
Simaklah baris-baris pertanyaan dan urutan pertanyaan yang mengikutinya.
Perhatikan struktur wawancara dan tentukan apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah terjawab semua.
Perhatikan bagaimana wawancara-wawancara yang paling efektif menggunakan sumber-sumber utamanya.
Oleh:
Nama : Tri Darmiyati
NIM : 27.593
AKADEMI KOMUNIKASI YOGYAKARTA(AKY)
Kompleks PTS, Glendongan, Babarsari, Yogyakarta 55281
Telp/Fax : 0274-485177
BUDAYA “SOK NGARTIS”
Meniru tindakan orang lain adalah kewajaran dari seorang manusia. Tindakan ini bisa lahir karena tujuan-tujuan tertentu, dan bisa jadi karena terdorong oleh aspek kesadaran ataupun karena dorongan-dorongan yang sifatnya emosional. Artinya, seseorang individu bisa saja meniru perilaku orang lain hanya karena dia melihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh orang lain tersebut nampak indah atau nampak lebih modern. Tindakan meniru atau yang biasa disebut dengan tindakan imitasi bisa terjadi jika ada yang ditiru. Berdasarkan pengamatan saya dan fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak tindakan masyarakat kita yang menirukan artis idolanya. Tindakan itu saya sebut sebagai budaya “Sok Ngartis”. Artis di sini adalah bintang film, pemain sinetron, penyanyi dan hal- hal yang berhubungan dengan dunia selebritis. Perilaku di sini meliputi gaya hidup, sikap, cara berpakaian, cara berbicara dll.
Beberapa tahun terakhir ini budaya tersebut semakin terlihat jelas di masyarakat terutama dikalangan anak muda. Banyak remaja yang tersihir dengan budaya sok ngartis ini. Kita lihat saja cara berpakaian mereka yang selalu meniru gaya berpakaian artis. Harus bermerklah, harus pakaian model baru, harus produk luar negerilah dll. Dari segi gaya hidup artis yang mewah dan serba mahal tak ketinggalan mereka ikuti. Mulai dari rumah mewah, mobil mewah, pokoknya apapun bendanya harus serba mewah. Dari bahasa yang digunakan untuk berbicara mereka sering menirukan dan memakai istilah atau ungkapan yang dipakai oleh si artis. Contoh istilah atau ungkapan yang sering saya dengar adalah “ABCD” Aduh bo capek deh, “So what gitu loh”, “ Secara gue banget gitu loh” dan yang sedang santer- santernya ditirukan ungkapan seorang pelawak yang sedang naik daun, “Tak Sobek- Sobek”. Dan masih banyak istilah atau ungkapan lain.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan teman- teman saya yang menganut budaya sok ngartis, mereka memberikan beberapa alasan yang mendorong mereka melakukan ini. Alasan mereka antara lain supaya tidak ketinggalan zaman, mengikuti trend, jaga gengsi supaya kelihatan “wah” di mata orang banyak karena menjadi pusat perhatian. Sah- sah saja mereka punya alasan yang seperti itu. Tetapi menurut pendapat saya yang menjadi pendorong sebenarnya adalah pola pikir masyarakat itu sendiri yang sudah tersugesti dengan budaya ngartis ini. Mereka meyakini bahwa dengan bersikap seperti artis adalah hal yang umum dan jika tidak dilakukan justru tidak umum. Karena perilaku tersebut sudah membudaya di masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Selain itu bisa juga disebabkan karena seringnya masyarakat melihat tayangan infotainment yang menyoroti kehidupan artis.
Berdasarkan uraian di atas menunjukan telah terjadinya kontak- kontak budaya antara budaya asli Indonesia dengan budaya artis yang menganut budaya pop sehingga menghasilkan budaya ngartis. Kontak- kontak budaya tersebut tentunya akan menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat. Dalam budaya sok ngartis faktor emosional dominan bermain karena seseorang tidak akan memikirkan apakah perilaku yang ditiru tersebut sesuai atau tidak dengan keadaaan dirinya. Dengan kata lain, orang tersebut tidak sempat lagi untuk memikirkan dampak- dampak yang akan muncul ke permukaan, yang penting bagi dia adalah “aku ingin seperti artis itu karena aku menganggap artis itu keren”.
Oleh karena itu masyarakat akan berusaha untuk mengikuti perilaku artis, maka masyarakat akan membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka agar sama atau sesuai dengan si artis. Contoh seorang artis memakai baju dengan model A dengan harga yang mahal maka seorang penganut budaya sok ngartis akan berusaha untuk memilikinya juga. Selain itu, diantara para penganut budaya sok ngartis akan berlomba- lomba untuk tampil dengan gaya yang paling “wah” agar menjadi pusat perhatian.
Perubahan pola hidup masyarakat tersebut akan cenderung mengarah ke pola hidup yang konsumtif. Lantas apakah budaya sok ngartis kita tolak atau terima keberadaanya? Jawaban tu terserah masing- masing individu mau menolak atau menerimanya. Selama tidak ada yang dirugikan hal itu sah- sah saja. Namun hal ini tidak bisa kita pungkiri, karena tindakan menirukan artis pasti ada walaupun tindakan itu hanya sedikit. Tapi yang sebaiknya kita lakukan adalah menyeleksi tindakan- tindakan yang dilakukan oleh artis. Apakah tindakan tersebut baik bagi kita atau justru malah merugikan kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)